Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2015

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world

10 Satwa yang Punah Akibat Ulah Manusia

10 Satwa yang Punah Akibat Ulah Manusia. Sambil membangun peradaban, manusia memegang kendali atas alam. Berikut satwa yang telah punah akibat perbuatan kita. Menurut Center for Biological Diversity, kini ada hampir 20.000 spesies satwa dan tanaman yang berada dalam risiko tinggi mengalami kepunahan. Jika hal ini terus berjalan, kepunahan masal bisa terjadi hanya dalam beberapa abad kedepan. Tak seperti terjadinya perubahan musim, hantaman asteroid atau erupsi gunung api, krisis ini terjadi akibat ulah kita, manusia. Menurut lembaga ini, 99 persen spesies yang kini memiliki label terancam, muncul akibat aktivitas manusia yang menyebabkan hilangnya habitat, pengambilan spesies eksotis untuk peliharaan, dan pemanasan global. Berikut 10 satwa yang telah punah dalam dua abad terakhir akibat kita: Badak hitam yang telah punah merupakan subspesies dari badak hitam ini, yang fotonya diambil di Taman Nasional Etosha, Namibia. (Wikimedia Commons/Frederic York) 1. Badak hitam afrika barat ( Dice

Suaka Margasatwa Muara Angke, Hutan Mangrove di Utara Jakarta

Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) ini terletak di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara. Foto: Kompas|Kidnesia Ternyata di daerah Jakarta Utara kita bisa menemukan sebuah hutan mangrove atau hutan bakau. Inilah satu-satunya hutan yang tersisa di Jakarta.  Hutan Mangrove yang dinamakan Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) ini terletak di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara. SMAA sangat mudah dijangkau. Banyak kendaraan umum yang melalui jalur ini. Saat masuk ke SMAA kita akan disambut oleh kera-kera ekor panjang (Macaca fascicularis). Kera-kera ini bisa membuat kita ragu-ragu untuk masuk ke SMAA, tapi kera-kera itu sudah jinak, kok. Setelah melapor di pos jaga, kita mulai petualangan di hutan mangrove. Kita berjalan menyusuri board walk sepanjang 800-an meter. Board walk itu terbuat dari kayu. Alat ini dibuat karena daerah berawa tak bisa dilalui orang. Papan BKSDA Suaka Margasatwa Muara Angke. Foto: Google Berjalan di board walk sambil memandang tanaman bakau yang berwarna hij

Tren Batu Akik Ancam Kerusakan Lingkungan

Warna warni batu akik yang kini lagi trend ancam kerusakan lingkungan. Foto: ist Semakin meluasnya minat masyarakat terhadap tren batu akik di Provinsi Aceh ternyata menambah daftar tantangan yang dihadapi sumberdaya alam Aceh atas perusakan lingkungan hidup. Bahkan, bencana ekologi seperti banjir dan longsor yang terus terjadi hingga awal tahun 2015. Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, Muhammad Nur, mengatakan bahwa di Aceh dan beberapa daerah lainnya, tren batu akik dinilai menjadi salah satu sumber pendapatan baru bagi warga. Namun sayangnya, para warga lupa menghitung untung-rugi atau dampak lingkungan yang ditimbulkan pasca pengambilan bongkahan batu-batu sebagai bahan baku untuk diolah menjadi perhiasan. “Tren batu akik kini menjadi ladang mata pencaharian baru bagi sebagian orang. Tapi mereka lupa, kilauan batu akik itu tak selalu berbanding lurus dengan fakta yang terjadi di daerah-daerah penambangan,” ujar Nur melalui keterangan tertulis yang diterima oleh

Mencoba Ekowisata di Hutan Gambut Bukit Batu Riau

Hutan Gambut Alami Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, Bengkalis-Riau. Foto: mongabay Bagaimana rasanya berwisata dan berpetualang di hutan gambut?  Itulah yang ditawarkan oleh pengelola Cagar Biosfer blok Suaka Margasatwa (SM) Bukit Batu Riau.  Ekowisata di lahan gambut itu digagas oleh  Center for Tropical Peat Swamp Restoration and Conservation (CTPRC) Indonesia bekerja sama dengan LIPI, Universitas Riau (UR), Universitas Lancang Kuning (Unilak) dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Direktur CTPRC Haris Gunawan yang dihubungi Jumat (25/10) menjelaskan ekowisata akan ditawarkan dalam bentuk paket wisata yang mengkombinasikan  wisata budaya, kuliner, konservasi dan adventure. Wisata budaya dengan mengunjungi istana, kemudian mencicipi makanan khas di kabupaten Siak, dilanjutkan dengan wisata konservasi dengan pengenalan hutan rawa gambut dan usaha-usaha restorasi di lokasi SM Bukit Batu dan Tanjung Leban. Wisatawan bisa melanjutkan dengan wisata adventure de

Mahengetang, Pesona Wisata Gunung Api Bawah Laut

Wisatawan menyelam di kawasan gunung api bawah laut Banua Wuhu di Pulau Mahengetang, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, 27 Januari 2015. Gunung api bawah laut Mahengetang yang masih aktif itu memiliki titik puncak yang sangat dekat dengan permukaan, sekitar 8 meter di bawah permukaan laut. Foto: ANTARA/Andika Wahyu Wisatawan menyelam di kawasan gunung api bawah laut Banua Wuhu di Pulau Mahengetang, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Selasa (27/1). Gunung api bawah laut Mahengetang yang masih aktif tersebut memiliki titik puncak yang sangat dekat dengan permukaan yaitu sekitar 8 meter di bawah permukaan laut.  Berikut foto-foto wisatawan yang menyelam sambil menikmati pesona Mahangetang, gunung api bawah laut: Wisatawan menyelam di kawasan gunung api bawah laut Banua Wuhu di Pulau Mahengetang, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, 27 januari 2015. Foto: ANTARA/Andika Wahyu Wisatawan menyelam di kawasan gunung api bawah laut Banua Wuhu di Pulau Mahengetang, Kepulauan Sangihe, Sula

Carstensz Pyramid di Papua, Salah Satu Gunung Termahal Dunia

Carstensz Pyramid di Papua, Salah Satu Gunung Termahal Dunia. Foto: trek-papua.com Pendakian puncak ( summit attack ) di Carstensz Pyramid (4.884 m) saya mulai dari lembah Danau-Danau (4.200 m) pada pukul 02.00 WIT. Dari dasar dinding Carstensz, dengan teknik jumaring (mendaki pakai ascender pada sebuah tali) sekitar 4 bagian, sampai ke teras besar pada ketinggian 4.600 m. Terasa sangat menantang, ketika salah satu bagian menuntut keandalan air jumaring (jumaring tanpa menapak bumi), meski jaraknya hanya 50 m. Sesudahnya, seperti mendapatkan bonus; medan gigir atas atau Carstensz Ridge bisa dicapai dengan trekking. Dari sini, jarak ke puncak bisa dicapai dalam 3-4 jam, tergantung ritme perjalanan. Di Ridge kini sudah dipasang tali tetap hingga patahan tebing. Sayalah yang pertama kali memasangnya pada 1994, bersama almarhum Rob Hall (wafat dalam tragedi ‘Everest Disaster’, 1996). Melintas patahan itu sendiri merupakan bagian paling menegangkan dari seluruh pendakian ke Puncak Carstens

Rumah Pohon Korowai Papua dan Budaya Primitif Lain Terancam Punah

Rumah pohon Korowai di malam hari. Foto: google Rumah Pohon Korowai Papua Terancam Punah Budaya suku asli atau cenderung primitif mungkin telah banyak tergeser oleh modernisasi. Banyaknya nilai budaya asing yang masuk terkadang justru menggerus budaya asli suatu daerah bila dari masyarakatnya sendiri menerima masuknya budaya asing tersebut. Bahkan, sering pula pariwisata dianggap menjadi pemicu hilangnya kebudayaan tersebut. Dilansir dari Listverse, Kamis (22/1), berikut beberapa budaya menarik dan unik dari berbagai suku di dunia yang diperkirakan akan hilang atau berada di ambang kepunahan. Kehidupan dan Rumah Pohon Korowai, Papua Barat - Indonesia Foto: google Korowai, Papua Sebuah suku primitif di Papua Indonesia yang memiliki tradisi rumah pohon. Satu keluarga penduduk bisa tinggal hingga delapan orang dalam rumah kayu beratapkan daun yang dibangun 6 sampai 12 meter (20-40 kaki) pada satu pohon. Korowai tinggal di pohon untuk menghindari serangan yang dipercaya berasal dari mayat