10 Satwa yang Punah Akibat Ulah Manusia. |
Sambil membangun peradaban, manusia memegang kendali atas alam. Berikut satwa yang telah punah akibat perbuatan kita.
Menurut Center for Biological Diversity, kini ada hampir 20.000 spesies satwa dan tanaman yang berada dalam risiko tinggi mengalami kepunahan. Jika hal ini terus berjalan, kepunahan masal bisa terjadi hanya dalam beberapa abad kedepan.
Tak seperti terjadinya perubahan musim, hantaman asteroid atau erupsi gunung api, krisis ini terjadi akibat ulah kita, manusia. Menurut lembaga ini, 99 persen spesies yang kini memiliki label terancam, muncul akibat aktivitas manusia yang menyebabkan hilangnya habitat, pengambilan spesies eksotis untuk peliharaan, dan pemanasan global.
Berikut 10 satwa yang telah punah dalam dua abad terakhir akibat kita:
Badak hitam yang telah punah merupakan subspesies dari badak hitam ini, yang fotonya diambil di Taman Nasional Etosha, Namibia. (Wikimedia Commons/Frederic York) |
1. Badak hitam afrika barat (Diceros bicornis longipes)
Badak ini merupakan subspesies dari badak hitam. Menurut IUCN, area jelajah terakhir yang diketahui dari badak ini ada di Kamerun. Namun, survei yang dilakukan pada 2006 tak berhasil menemukan satu pun badak.
Alih-alih menemukan jejak keberadaannya (kotoran, atau tanda-tanda kegiatan makan), mereka malah menemukan tanda-tanda perburuan liar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan perburuan liar, tak adanya tindakan dari pemerintah Kamerun, serta permintaan gading yang terus meningkat, IUCN menetapkan bahwa spesies ini punah pada 2011.
2. Passenger pigeon (Ectopistes migratorius)
Habitat burung ini awalnya adalah hutan-hutan luas di bagian timur Amerika Utara. Namun keberadaannya semakin terdesak akibat pembukaan lahan untuk pertanian. Kawanan burung merpati ini sering menggangu proses pertanian. Petani pun memburunya dan memakannya.
Berdasarkan data IUCN, burung merpati terakhir ditembak pada 1900, dan survei yang diadakan pada 1910-1911 gagal menemukan burung ini. Merpati bernama Martha mati pada umur 29 tahun di Cincinnati Zoo pada 1914.
Foto Quagga ini diambil di London Zoo pada 1970. (Wikimedia Commons/Frederic York) |
3. Quagga (Equus quagga spp. quagga)
Quagga merupakan subspesies dari zebra, dan berasal dari Afrika Selatan. Kulitnya bercorak seperti zebra namun warnanya cokelat. Akibat corak kulitnya yang unik, serta anggapan bahwa quagga menjadi pesaing ternak dalam hal makanan, ia diburu dan dibunuh. Quagga terakhir yang diketahui mati di Amsterdam Zoo pada 1883.
4. Caribbean monk seal (Neomonachus tropicalis)
Anjing laut ini pertama kali dilaporkan terlihat oleh Colombus pada 1494. Pada 1850 deskripsi ilmiahnya pun dibuat berdasarkan koleksi spesimen. Pada 1887 satwa ini sudah jarang terlihat, dan pada 1915 sekitar 200 anjing laut jenis ini dibunuh di Triangle Keys, di bagian barat Yucatan.
Dalam survei dari udara yang dilakukan pada 1973 oleh US Fish and Wildlife Service, ditemukan adanya aktivitas penangkapan ikan yang tinggi. Dalam pelayaran melalui Teluk Meksiko serta Semenanjung Yucatan beberapa saat setelahnya, peneliti tak menemukan sama sekali anjing laut ini. Pada 2008, anjing laut yang tak pernah terlihat sejak 1952 ini dinyatakan punah oleh IUCN.
5. Sea mink (Neovison macrodon)
Daerah jelajah sea mink ada di sepanjang pesisir Kanada (New Brunswick, Newfoundland) dan di pesisir Amerika Utara bagian timur (Massachusetss, Maine). Keberadaan satwa ini terakhir tercatat pada 1894. Pada 2008, IUCN mengeluarkan publikasi yang menyatakan bahwa satwa ini menyandang status punah.
Foto tasmanian tiger ini diambil di Hobart Zoo, Tasmania, Australia (Wikimedia Commons) |
6. Tasmanian tiger (Thylacinus cynocephalus)
Awalnya mereka tersebar di sepenjuru benua Australia. Namun habitat mereka telah berkurang banyak sejak pendatang dari Eropa menjejakkan kakinya di sana. National Museum of Australia menyebutkan bahwa satwa ini dipercaya memangsa hewan ternak hingga sering ditembaki, dijebak, bahkan diracuni.
Menurut IUCN populasinya juga diduga hilang terkait masuknya anjing peliharaan orang Aborigin sejak beberapa ribu tahun silam. Pada tahun 1933, tasmanian tiger liar ditangkap dan dimasukkan ke Hobart Zoo. Satwa itu mati tiga tahun kemudian. Sejak itu tak ada lagi bukti nyata keberadaannya di alam liar.
7. Tecopa pupfish (Cyprinodon nevadensis calidae)
Ikan ini berasal dari Gurun Mojave di California dan bisa hidup di perairan dengan suhu 42 derajat Celsius. Pembangunan yang dilakukan manusia di Tecopa Hot Springs pada pertengahan abad ke-20 serta penggabungan dua mata air menjadikan habitat sumber air panas ini tak cocok untuk ikan-ikan kecil. Tecopa pupfish punah pada sekitar 1970.
Foto harimau jawa diambil pada 1938 di Ujung Kulon, dan dipublikasikan dalam buku (Wikimedia Commons/Andries Hoogerwerf) |
8. Harimau jawa (Panthera tigris ssp. sondaica)
Seidensticker menulis jurnal ilmiah pada 1987, yang menyatakan bahwa Harimau jawa nampaknya punah pada pertengahan tahun 1970-an, dalam keterangan laman IUCN.
Walaupun mulai hilang keberadaannya dari sebagian besar Pulau Jawa pada tahun 1940-an, Keberadaan harimau ini tercatat terakhir di Taman Nasional Meru Betiri pada 1976. Harimau jawa punah akibat perburuan serta habitat hutan yang menciut. Sayangnya, tak ada harimau jawa yang sempat ditangkarkan.
9. Great auk (Pinguinus impennis)
Satwa ini tersebar di Kanada, Greenland, Irlandia, hingga Inggris. Berdasarkan data IUCN, pasangan terakhir yang diketahui, dibunuh di Pulau Eldey pada 1844, dan burung yang tak bisa terbang ini terakhir terlihat di pesisir Newfoundland pada 1852. Great auk diburu karena bulu, daging, lemak, dan minyaknya.
10. Bubal hartebeest (Alcelaphus buselaphus ssp. buselaphus)
IUCN menyebutkan, satwa terakhir spesies ini ditembak antara 1945-1954 di Algeria. Tak ada individu yang ditangkarkan.
(Titania Febrianti. Sumber: IUCN, Huffingtonpost.)
Sumber: National Geographic Indonesia
Comments
Post a Comment