Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2013

Gaya Rambut “Punk” ala Kera Hitam Sulawesi

Kera hitam Sulawesi atau Yaki ( Macaca Nigra ). Foto: ist Anda pasti sudah tidak asing dengan kera yang berwarna hitam. Namun kera yang satu ini berbeda dengan kera hitam yang lain. Kera ini berasal dari Genus Macaca , salah satu genus primata yang memiliki persebaran paling luas didunia. Namun kera yang satu ini adalah hewan asli atau endemik Sulawesi. Nama aslinya adalah Macaca nigra atau Kera Hitam Sulawesi dalam bahasa lokal Yaki . Jambul Ala Punk Macaca nigra merupakan jenis kera terbesar yang ada di Pulau Sulawesi. Masyarakat setempat menyebut kera endemik Sulawesi ini dengan nama Yaki . Ada juga yang menyebutnya dengan nama Bolai, dan Dihe. Tingginya sekitar 44-60 Cm, dengan berat badan sekitar 7-15 Kg, cukup besar dibanding dengan kera-kera lainnya. Kulit Yaki berwarna hitam legam, dengan bulu hitam mengkilat yang menutupi seluruh tubuh, kecuali telapak tangan, wajah dan pantat.  Ciri unik lainnya dari kera endemik Sulawesi ini adalah ekornya yang pendek. Sekilas akan nampak K

Wisata Edukasi, Tamasya Sambil Belajar di Singapura

Singapura di malam hari. Foto: ist Berwisata tidak melulu hanya sekadar bersenang-senang, Anda juga bisa lho tamasya sambil menambah ilmu pengetahuan. Coba tengok spot-spot menarik yang terdapat di negeri tetangga kita. Anda juga menjadikan liburan menjadi alat edukasi yang menyenangkan. Dengan wisata edukasi, selain me-refresh kembali pikiran, kegiatan tersebut juga dapat menambah pengetahuan. Destinasi wisata edukasi yang akan sedikit diulas kali ini adalah Singapura. Spot-spot wisata edukasi apa saja yang dapat Anda kunjungi? Berikut di antaranya. 1. Garden by The Bay Taman ini merupakan ruang terbuka hijau yang terletak di tengah kota, tepatnya di salah satu kawasan wisata paling populer di Singapura, yaitu Marina Bay. Luasnya mencapai 101 hektare. Di Garden by The Bay ada tiga area atau tiga kebun, yakni Bay South, Bay East, dan Bay Central. Di Bay South, kita bisa melihat supertree atau pohon raksasa yang sangat menarik. Di sini juga ada dua dome (rumah kaca) yang disebut Cloud F

Tolak Pengesahan Revisi UU Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Aksi teatrikal Tolak Pengesahan Revisi UU Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Foto: Walhi.or.id Tolak Pengesahan Revisi UU Pesisir dan Pulau-Pulau: Hentikan Pengkaplingan dan Privatisasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil J akarta, 18 Desember 2013. Pengesahan Perubahan atas Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil akan dilakukan hari ini dalam rapat paripurna DPR RI. Berdasarkan draft Revisi UU Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang diterima dan akan disahkan ternyata tidak banyak berubah dari draft versi 16 September 2013. Berdasarkan draft yang diterima terdapat beberapa hal yaitu: pertama, revisi sangat pro asing untuk mengekploitasi pulau-pulau kecil dan perairan disekitarnya; kedua tetap akan mengkapling dan memprivatisasi sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil; ketiga, tidak memastikan bagaimana hak nelayan tradisional untuk mengakses sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk mengingatkan kembali bahwa pada 16 Juni 2011, Mahkamah Kons

PETISI; Gubernur Jambi: Jangan Usik Suku Anak Dalam!

Suku Anak Dalam. Gubernur Jambi: Jangan Usik Suku Anak Dalam! Suku Anak Dalam merupakan salah satu suku manusia asli Jambi. Mereka biasanya hidup berkelompok. Namun, sejak tahun 1980-an, dengan dimulainya program transmigrasi, perlahan-lahan tanah mereka direbut, mereka diusir dari tanah kelahirannya. Semua atas nama pembagunan dan komoditas HTI! Yang parahnya, Gubernur, Bupati-bupati bahkan Menteri Kehutanan pun seakan tak peduli dengan nasib Suku Anak Dalam. Bahkan sang Menteri pernah mengatakan kalau Suku Anak Dalam merupakan "perambah hutan" ! Salah satu tindakan kriminal yang dilakukan perusahaan kelapa sawit (disinyalir milik Malaysia) beberapa hari yang lalu. PT Asiatic Persada dibantu ribuan personel gabungan Brigade Mobil, Satpol PP, tentara, dan petugas keamanan perusahaan tersebut mengusir paksa Suku Anak Dalam yang tinggal di sekitar lahan perusahaaan tersebut. Penyerbuan yang terjadi sejak tanggal 7 Desember tersebut, dilakukan sedikitnya 1.500 personel gabungan

PETISI; Lindungi Kawasan Ekosistem Leuser, Nyatakan Warisan Dunia!

 Lindungi Kawasan Ekosistem Leuser Kawasan Ekosistem Leuser – Situs yang dilindungi dunia, atau dihancurkan untuk selamanya ? Kawasan Ekosistem Leuser (atau sering disebut dengan “KEL”) adalah tempat terakhir di dunia yang dimana Harimau, Orangutan, Gajah, dan Badak hidup secara berdampingan di alam liar. Luas kawasan ini adalah 2.6 Juta hektar sebagai kawasan yang dilindungi, yang dimana 80% terdapat di Aceh. Ekosistem Leuser adalah harapan nyata terakhir untuk kelangsungan hidup jangka panjang dari empat spesies ikonik yang sangat terancam punah ini di Sumatera.  SAAT INI, GUBERNUR ACEH SEDANG BERADA DI BAWAH TEKANAN UNTUK MENANDATANGANI PERATURAN BARU YANG AKAN MENGHANCURKAN KEL UNTUK SELAMANYA – KITA HARUS MENDUKUNG BELIAU UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN YANG BAGUS. Untuk masyarakat Aceh, Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) menyediakan sumber air bersih untuk kurang lebih 4 juta jiwa di Aceh sebagai irigasi di hilir, pertanian, dan sumber makanan. KEL juga menyediakan jasa lingkungan untuk masy

WALHI: Sulawesi Utara Perlu Kembali Melihat Bahari Sebagai Akar Budaya dan Pondasi Ekonomi Lokal

“Cinta Sulawesi Utara, Cinta Bahari”   Pesona bahari Sulawesi Utara. Foto: Yuris Triawan Provinsi Sulawesi Utara sejak dahulu disebut sebagai salah satu wilayah bahari dengan panjang garis pantai kurang lebih 1.837 Km.  Sejarah panjang Sulawesi Utara dengan budaya bahari hampir tidak terbantahkan.   Beberapa pusat-pusat pemerintahan dari 15 Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara berada di wilayah pesisir. Dengan demikian arah kebijakan pembangunan mengandalkan infrastruktur perikanan dan perhubungan laut. Termasuk penggalian potensi-potensi pendapatan daerah sangat menggantungkan pada sumber-sumber daya nelayan dan sumber daya alam laut.   Kendati demikian andalan potensi Sulawesi Utara, saat ini masih diperhadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi oleh nelayan seperti: produksi tangkapan yang masih belum dioptimalkan, dengan sumber alam lautnya yang berlimpah sektor tersebut justru luput dari perhatian, keamanan wilayah tangkap belum memadai sehingga terjadi illegal fish

Taman Nasional Tangkoko Habitat Alami Tarsius dan Yaki

Pintu masuk kawasan TN Tangkoko. Foto: Yuris Triawan T aman Nasional Tangkoko-Batuangus di Kota Bitung terletak di utara Pelabuhan Samudera Bitung tepatnya di kaki Gunung Dua Saudara. Di kawasan seluas 8.718 hektar ini Anda dapat menemukan monyet terkecil di dunia yaitu tangkasi atau tarsius ( Tarsius spectrum ) yang merupakan hewan endemik Sulawesi. Tarsius memiliki kepala yang bisa diputar 180 derajat. Selain itu setelah diteliti tim dari Australia ternyata diketahui darah tarsius berjenis O seperti pada manusia. Primata mungil ini hanya memiliki panjang sekitar 10-15 cm dengan berat sekitar 80 gram. Tangkasi dapat melompat sejauh 3 meter atau hampir 10 kaki dari satu pohon ke pohon lainnya lalu menghilang dari pandangan Anda. Tarsius Spectrum atau Tangkasi. Foto: ist Sifatnya pemalu, berwarna coklat muda, kelima jarinya yang panjang memungkinkan menempel erat pada cabang-cabang pohon. Apabila Anda perhatikan jari-jari tersebut memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memil

Tujuh Pulau Terluar Indonesia Terancam Hilang

Pesona pantai kepulauan Natuna. Foto: Disbudpar Kab. Natuna NATUNA – Sebanyak tujuh pulau terluar di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terancam hilang dicaplok negara tetangga karena belum berpenghuni dan belum ada tanda kepemilikan dari pemerintah. Untuk itu, pemerintah pusat diminta segera membangun tanda kepemilikan atas nama negara di atas pulau tersebut dan mendorong warga untuk menetap. Bupati Natuna, Ilyas Sabli, mengatakan Kabupaten Natuna memiliki 154 pulau yang terdiri dari 27 pulau yang sudah berpenghuni dan sisanya sebanyak 127 pulau belum berpenghuni. Dari 127 pulau yang belum berpenghuni tersebut, tujuh di antaranya berhadapan langsung dengan negara tetangga dan pulau-pulau tersebut belum memiliki tanda kepemilikan dari negara sehingga berpotensi menimbulkan konflik kepemilikan dengan negara tetangga. "Untuk menghindari konflik kepemilikan dengan negara tetangga, pemerintah pusat harus segera membangun tanda di sejumlah pulau terluar yang berhadapan l

Kabupaten Bulukumba hadirkan ‘December Bontobahari Expedition’

Pantai Tanjung Bira. *) S etelah Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan sukses menggelar ‘Takabonerate Island Expedition’, giliran Kabupaten Bulukumba menghadirkan promosi wisata bertajuk ‘December Bontobahari Expedition’. Gelaran perdana ini bertujuan untuk menyegarkan ingatan semua pihak akan eksistensi kawasan Tanaberu Kecamatan Bontobahari sebagai lokasi sentra industri pembuatan perahu phinisi pertama di belahan nusantara Indonesia. Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai sebuah bentuk langkah nyata pemerintah dan masyarakat Bulukumba untuk membangkitkan kembali gairah promosi potensi sumberdaya dan keanekaragaman potensi wisata yang terdapat di daerah Butta Panrita Lopi, Kabupaten Bulukumba. Termasuk, mempromosikan kawasan Tanaberu sebagai lokasi budidaya rumput laut kedua di semenanjung provinsi Sulawesi Selatan, setelah Kabupaten Bantaeng. ‘December Bontobahari Expedition’ akan dihelat bertepatan dengan puncak pergantian tahun 2013 ke 2014 mendatang. Kegiatan wisata tahuna

Sirnanya Predikat Nusantara Negara Maritim

Aksi nelayan Indonesia dan aktivis lingkungan. Foto: greenpeace.org I ndonesia sering kali salah paham soal konsep maritim. “Memiliki laut yang luas otomatis menjadi negara maritim?” ungkap Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan, Sarwono Kusumaatmadja. Ditegaskannya, Indonesia yang terdiri atas negara kepulauan, dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan laut, hingga kini belum menjadi negara maritim. Pasalnya, predikat negara maritim terkait dengan kegiatan industrial, niaga, dan hasil kelautan. Indonesia belum mengarah kepada hal tersebut, termasuk kekuatan angkatan laut yang bisa diandalkan. “Predikat itu pernah disandang pada zaman kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Namun sekarang sirna,” katanya dalam sebuah acara pameran foto di Denpasar, Rabu (9/10). Namun dia mengharapkan agar potensi lautan Indonesia yang besar itu, dapat dimanfaatkan secara maksimal, mengembalikan kejayaan maritim nusantara. “Untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia dan memperbaiki tingkat ke