Kabupaten Tegal merupakan wilayah yang kaya
akan jejak peninggalan sejarah di kawasan jawa khusunya. Asal usul nama Tegal
sendiri berasal dari penjelmaan sebuah desa yang bernama “Teteguall” pada tahun
1530 M.
Secara historis dijelaskan bahwa eksistensi
sejarah telatah Tegal tidak lepas dari ketokohan Ki Gede Sebayu. Namanya
dikaitkan dengan trah Majapahit, karena sang ayah Ki Gede Tepus Rumput (kelak
bernama Pangeran Onje) ialah keturunan Batara Katong Adipati Ponorogo yang
masih punya kaitan dengan keturunan dinasti Majapahit .
Gerbang Selamat Datang Kota Tegal
Penekanan pada bidang pertanian, tak dapat
dilepaskan dari kondisi wilayah dan akar kesejarahan tlatah Kabupaten Tegal
yang mengembangkan kapasitasnya selaku wilayah agraris. Tradisi keagrarisan
dimulai dari ketokoan Ki Gede Sebayu juru demung trah Pajang. Bangsawan ini (Ki
Gede Sebayu) adalah saudara dari Raden Benowo.
Bahkan kalau dirunut keagrarisan
itu dimulai semenjak Mataram Kuno. Selain berhasil memajukan pertanian, beliau
juga merupakan ahli agama yang telah membimbing warga masyarakat dalam
menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas keberhasilan usahanya
memajukan pertanian dan membimbing warga masyarakat dalam menanamkan rasa
keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, beliau diangkat menjadi pemimpin dan
panutan warga masyarakat.
Ki Gede Sebayu, yang masih keturunan trah
Majapahit. Beliau memilih diam cegah dhahar lawan guling, karena prihatin.
Bahkan pada saat suasana makin kacau karena perang saudara, Ki Ageng Ngunut
(kakek Sebayu) mendesak Sebayu agar menyelamatkan Kerajaan Pajang. Namun,
Sebayu menolak.
Karena tidak merasa tega melihat penderitaan manusia akibat
perebutan kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda. Beliau melepas
atribut kebangsawanannya dan mengembara mencari hakekat hidup. Sampailah dia di
sebuah daerah penuh ilalang, padang rumput luas dengan sungai yang dialiri air
yang bening sampai muara laut. Sungai itu adalah sungai Gung (Kali Gung).
Sungai ini dinamakan Kali Gung sebab bersinggungan dengan mata air yang berasal
dari Gunung Agung yakni sebuah nama kuno dari Gunung Slamet dan bermuara ke
utara hingga laut jawa.
Beliau terperangah melihat hamparan padang
rumput luas yang nyaris tak berpenghuni itu. Ditengah- tengah hamparan padang
rumput luas itu, ki gede Sebayu temukan Persinggahan disana hanya ada beberapa
bangunan semipermanen yang dihuni sejumlah santri dan sebuah makam keramat.
Makam tersebut adalah tempat jenazah Sunan
Panggung atau Mbah Panggung dikebumikan
(sekarang bernama Desa Panggung). Mbah Panggung yang bernama asli As sayid al
habib Abdurrohman as segaf putra dari Sunan Drajat dan Dewi Condrowati yang
merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang).
Terbersitlah di benak Sebayu untuk mengajari
warga pesisir itu bercocok tanam. Dia merasa menemukan persinggahan yang
menjanjikan, sehingga menghentikan pengembaraannya. Diajaknya warga setempat
membabat alang-alang agar jadi tegalan. Selain itu, dia juga membuat bendungan
di hulu sungai daerah Danawarih untuk dijadikan sumber air irigasi. Kesaksian
ini diperkuat denga ditemukannya artefak kuno dan candi di desa Pedagangan.
Ditambah tlatah Tegal kerapkali dikaitkan dengan kerajaan Pajang dan Mataram
Islam yang cenderung kekuasaan dengan basis pada agraris ( De Graaf, 1986).
Sementara itu, setelah perang panjang antar
saudara mulai dingin Pangeran Benowo diangkat menjadi raja Pajang. Dia
membutuhkan sepupunya. Sebayu, untuk menjadi patih. Dia pun mengutus sejumlah
prajurit untuk mencari Sebayu.
Di Desa Teteguall, tempat Sebayu bermukim,
sepupu Benowo itu ditemukan. Namun, karena Sebayu tidak mungkin meninggalkan
rakyat Teteguall, karena alasan tersebut Pangeran Benowo melantik dia menjadi
juru demang atau sesepuh Desa Teteguall. Anugerah sebagai sesepuh desa
diberikan pada malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988 Hijriah, atau tahun 588
EHE. Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi.
Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi Pemimpin
pertama Tegal dilaksanakan pada perayaan tradisional setelah menikmati hasil
panen padi dan hasil pertanian lainnya. Dalam perayaan juga dikembangkan ajaran
dan budaya agama islam yang hingga sekarang masih berpengaruh pada kehidupan
masyarakat. Hari, tanggal dan tahun Ki Gede Sebayu diangkat menjadi Juru Demung
(Bupati) itu ditetapkan sebagai hari jadi Kota Tegal dengan peraturan Daerah
No.5 tahun 1988 tanggal 28 Juli 1988.

Comments
Post a Comment