Skip to main content

Jelajah Jawa Tengah Bagian 9: Curug Nangga

Dari Baturaden kami melanjutkan perjalanan ke arah Tasikmalaya dan Garut. Kedua kota ini tidak terlalu jauh dari perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dan jalur ini juga kami pilih karena mendekati arah pulang ke Bogor via tol yang ada di Garut.
 
Sebelum mencapai Tasikmalaya, kami mampir terlebih dahulu ke Curug Nangga. Curug ini berada di Desa Petahunan, masih di Banyumas. Dari Baturaden melewati Purwokerto dan selanjutnya ke arah Ajibarang. Di Ajibarang ada nanti ada pertigaan ke Cilacap (kiri) dan Tegal (kanan). Nanti kita ambil arah kanan. Jalan yang kita lewati adalah jalan propinsi yang banyak kendaraan berat seperti truk dan bis serta macet di beberapa titik. 
Melewati petunjuk arah ke Curug Cipendok,tapi kami tidak ke curug ini karena takut nanti kemalaman sampai di Tasikmalaya. Karena ke Curug Nangga tidak ada petunjuk arah jadi kami mengikuti arahan dari Google Maps. 
Melewati jalan desa di sebuah pertigaan di kiri jalan. Terlihat di Maps jarak dari jalan raya ke curug sekitar 7km, tidak terllau jauh mengingat jalannya juga lumayan bagus. Hanya saja, ternyata jalannya menanjak panjang, jadi buat yang mau ke sini pastikan kendaraan kalian fit. Sampai di lokasi, terdapat parkiran berupa halaman rumah warga yang hanya muat untuk beberapa mobil. Di sini kami harus membayar uang parkir Rp. 10.000. Sebenarnya kalo parkiran resmi ada di dekat loket masuk tapi jalan masuknya sempit hanya pas untuk 1 mobil.
Selanjutnya kami berjalan kaki hingga loket. Di kiri kanan hanya terdapat beberapa rumah dan warung yang penghuninya menyapa agar kami mampir ke warung mereka. Sampai di loket ternyata belum ada petugasnya  dan kami membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000/orang ketika pulang.
Dari loket, kondisi jalan sudah mulai menurun dan berupa jalan batu. Meskipun begitu, di depan mata sudah terlihat pemandangan yang begitu memukau. Tidak terduga !. Ternyata ada sekeping surga tersembunyi di balik bebukitan ini. Begitu sampai di sebuah saung kosong di pinggir sawah, barulah terlihat dengan jelas yang ada di depan mata. 
Memulai trek menuju Curug Nangga
Sejauh mata memandang terlihat persawahan berupa terasering-terasering yang berada di lembah-lembah hingga ke puncak-puncak bukit. Sementara itu terlihat undakan-uandakan Curug Nangga yang begitu kontras dengan lingkungan sekitarnya.
Pemandangan hijau di sekitar Curug Nangga
Pemandangan hijau di sekitar Curug Nangga
Revan dan Noey terus ke bawah ke arah curug. Sementara itu saya di temani Sugi memainkan drone. Dengan drone terlihat jelas pemandangan yang tidak terlihat oleh mata. Terlihat hamparan sawah yang menghijau bak hamparan karpet. Sawah-sawah ini terhampar dari puncak-puncak bukit hingga ke lembah. Di celah tebing yang tertutup terlihat curug yang tinggi, menurut penduduk lokal curug ini bernama Curug Penganten. Tadinya saya ingin mendekati curug ini lebih dekat tapi drone tidak bisa lagi mendekat karena jarak maksimum.
Areal view Curug Nangga
Areal view dari sebagian terasering
Dari atas terlihat terasering sawah yang sangat-sangat luas, terasering yang jarang sekali kita lihat di Bogor, Sukabumi ataupun Bali. Sawah yang masih hijau terlihat selaras dengan hutan-hutan yang berada di sekelilingnya. Di area curug terlihat dua aliran sungai yang menyatu/bermuara tepat di bawah Curug Nangga. Aliran yang di sebelah kanan terlihat lebih kecil di banding aliran dari Curug Nangga.
Areal view Curug Nangga
Areal view Curug Nangga
Areal view Curug Nangga
Setelah bermain drone, saya ke bawah menyusul Ibnu, Noey dan Revan sementara Sugi menunggu di saung samping sawah. Jalan menuju ke lembah/sungai lumayan menurun dan sedikit terjal tapi sudah berupa cor-coran. Berjalan di antara sawah, tidak lama sudah terlihat Curug Nangga dengan tingkatan-tingkatannya. Terlihat jelas bahwa tingkatan kedua lebih tinggi dibanding tingkatan satu dan yang lainnya. Di bagian atas tingkatan pertama terlihat tingkatan-tingkatan yang lebih kecil. 
View Curug Nangga di sekitar persawahan
Sampai di bawah terlihat 3 teman sedang asik berfoto-foto di depan sungai. Berada dekat dengan curug ini kita tidak bisa melihat tingkatan curug keseluruhan. Kebetulan debit sungai sangat deras. Untuk mendekati curug lebih dekat kita harus menyeberangi sungai melewati batu cadas yang terlihat membentang selebar sungai. tidak ada jembatan ataupun tali/pegangan sehingga kita benar-benar harus hati-hati.
Ibnu dan Noey di depan Curug Nangga
View Curug Nangga keseluruhan
Setelah Ibnu dan Revan menyeberang dan hanya sampai ke tingkat 3 sayapun menyusul untuk mencoba sampai tingkat 1. Deg-degan menyeberangi sungai melewati batu cadas yang pas untuk berjalan akhirnya sampai di seberang tanpa menggunakan alas kaki. Untuk naik ketingkat-tingkat atas kita harus melewati jalan setapak yang dipenuhi semak dan duri. 
Dari balik semak-semak terlihat tingkatan 3 dan 4 yang membentuk tirai selebar sungai. agak susah mengambil foto di titik ini. Selanjutnya naik sedikit, terdapat rimbunan pohon bambu dan kita bisa memoto tingkatan ketiga, karena ruang di depan curug agak sempit jadi kita cuman bisa memoto dari samping.
Curug Nangga tingkat3 dan 4
Curug Nangga tingkat3
Selanjutnya naik hingga mencapai tingkatan kedua. Terdapat space yang agak jauh dari depan curug sehingga kita bisa memoto tingkatan ini dari dekat. ini adalah tingakatan yang paling tinggi dan paling cantik. Tingkatan ini membentuk 2 curug/kembar.
Curug Nangga tingkat2
Trek terakhir sampai di tingkat paling atas, melewati pematang sawah dan mendekati area depan curug tingkat 1. Terdapat area yang paling luas diantara tingkatan lainnya dan merupakan tingkatan yang paling tinggi curugnya. Dari tingkat ini kita bisa bebas berjalan dan melihat bebas ke bagian bawah. Agak deg-deg an juga berada di bibir tebing dan memandang gamang ke bawah. Tapi sampai di sini saya merasa puas, Mission was completed...!!!.
Curug Nangga tingkat 1
View dari tingkat 1
Kembali ke bawah, menyeberangi sungai lagi dan sampai dengan selamat. Jadi kalau kalian ke sini kalau ingin menyeberang pastikan cuaca tidak sedang hujan atau aliran airnya tidak memungkinkan untuk menyeberang. Tetap pastikan keselamatan adalah yang utama.

Dan pastikan juga untuk membawa bekal makanan dan terutama minuman karena tidak ada yang menjual makanan/minuman di area curug. mengingat area menuju curug berupa persawahan terbuka, jadi akan terasa panas dan kondisi jalannya yang menurun dan akan terasa berat ketika pulang dari curug.
Beristirahat di jalan pulang
Info:
Nama: Curug Nangga
Lokasi: Desa Petahunan-kec. Banyumas-Jawa Tengah
Biaya: Rp. 10.000 (parkir mobil), Rp. 5.000 (HTM)

Baca juga link terkait:
- Telaga Sunyi, Curug Pinang dan Caping Park
- Batu Pandang Ratapan Angin
- Kawah Sikidang, Padang Savana dan Kompleks Candi Arjuna

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...