Skip to main content

Jelajah Jawa Tengah Bagian 8: Telaga Sunyi, Curug Pinang dan Caping Park


Telaga Sunyi
Lokasi Telaga Sunyi tidak begitu jauh dari Curug Telu yang kami kunjungi sebelumnya hanya berjarak sekitar 2.5km atau kurang dari 10 menit berkendara. Dari Curug Telu kita keluar lagi menuju jalan utama dan mengambil arah kanan (arah kiri ke arah penginapan). Tidak sulit mengetahui lokasi ini karena di pinggi jalan sudah terlihat petunjuk arah sangat mencolok. 
Pintu masuk Telaga Sunyi
Di gerbang wisata kami membayar tiket masuk Rp. 10.000/orang (?). Karena sudahsore sekitar jam 4-an, jadi pengunjung sudah sangat  sepi dan di lapangan parkir hanya ada 1 mobil. Untuk di ketahui lokasi ini juga terdapat wisata hutan pinus dan camping ground. Selain parkiran juga tersedia toilet dan mushola yang bersih. Tidak terlihat sampah berserakan di lokasi wisata dan tidak terlihat warung-warung penjual makanan, pada saat kami datang hanya ada sebuah sepeda yang menjual siomay. 
Wisata hutan dan camping ground
Ke Telaga Sunyi dari parkiran cukup berjalan kaki tidak lebih dari 100m. Menyusuri sungai yang merupakan aliran dari Telaga Sunyi berupa bebatuan. Bebatuan di sini bukan batu yang mengampar tapi berupa batu-batu cadas yang menghiasi pinggir dan sepanjang sungai. Air yang mengalir sangat jernih meskipun debitnya tidak terlalu besar. 

Dan sebenarnya dari jauh Telaga Sunyi ini sudah terlihat. Telaga Sunyi ini berupa kolam besar dan terdapat curug yang tidak terlalu tinggi, sekitar 5m. Air ini berasal dari hutan-hutan di Gunung Slamet, sama seperti curug-curug yang berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ataupun Gede Pangrango, curug ini juga sangat jernih dan dingin.

Di lokasi terlihat serombongan pemuda bermain di sekitar kolam. Sebagian berenang dan sebagian lagi hanya di pinggir. Harap di catat kedalaman kolam di bagian tengah sekitar 6m dan pinggir sekitar dada orang dewasa dan di spot tertentu lebih dalam, jadi buat yang tidak bisa berenang jangan coba-coba bermain ke tengah dan tidak disarankan buat anak-anak. Meskipun sudah bermain air di Curug Telu sebelumnya, namun meihat kejernihan air di sini kamipun berenang.
Telaga Sunyi nan alami
Telaga Sunyi nan alami
Agak ke tengah kolam, terdapat bebatuan yang agak tinggi sehingga kita bisa duduk-duduk dan beristirahat. Buat yang berani bisa berenang lebih ke tengah ke arah curug ataupun loncat dari atas. Tidak ada penyewaan ban di sini, jadi kalau pakai ban bisa di bawa sendiri. Dan di sini tidak ada pengawas yang menjaga pengunjung. Dan satu lagi, di sini tidak ada yang menujual makanan jadi kawasan ini relatif bersih.
Berenang di air nan dingin
Di aliran bawah kami juga bermain air. aliran air yang melewati bebatuan dan celah sempit menciptakan kolam-kolam kecil. Juga terbentuk seluncuran alami di atas batu sungai. Buat kalian yang tidak bisa berenang atau sekedar having fun sama teman-teman bisa berennag dan bermain air di lokasi ini.
Bermain seluncuran
Bermain di aliran bawah
Bermain di aliran bawah
Bermain di aliran bawah
Curug Pinang
Curug ini berada tidak jauh dari hotel tempat kami menginap. Berada di pinggir jalan raya pas di belokan jadi kalau tidak konsentrasi pastilah akan terlewat. Terdapat warung pas belokan. Sungai yang melewati jalan raya juga terdapat curug yang tinggi yang suaranya terdengar gemuruh dari atas namun akses ke bawah sudah terbengkalai karena tidak ada yang mengelola.

Di warung yang sekaligus merupakan penjaga loket ke Curug Pinang kita membayar tiket masuk Rp. 3.000 sudah termasuk fish massage (pijit ikan). Murah sekali kan, coba aja bandingkan dengan tempat lain, untuk pijatikat saja untuk 15 menit dihargai Rp. 10.000-Rp. 25.000. dari warung ke arah curug hanya berjarak sekitar 50m (sudah terlihat dari jalan raya).
Curug Pinang dari pinggir jalan
Curug ini agak mirip dengan Curug pangeran yang ada di Gunung Salak. Tidak terlalu tinggi, sekitar 6m tapi mempunyai air jernih dan kolam berwarna hijau tosca. Di sini kami hanya mengambil beberapa foto tidak sempat berenang karena sudah mulai Magrib. Sayang sekali kami baru tahu lokasi curug ini, kalau kami tahu kemaren pastilah kami berenang di sini.
Curug Pinang
Curug Pinang
Caping Park
Jarak dari penginapan ke Caping Park ini sekitar 6km ke arah perbatasan Purwokerto-Baturaden. Karena lokasinya di perbatasan jadi lokasi wisata ini lebih dikenal wisata Purwokerto padalahal masih di Baturaden. Wana wisata ini terkenal dengan glass deck-nya. Yaitu spot selfie berupa deck yang terbuat dari kaca yang menjorok ke pinggir bukit. Di spot ini kita bisa melihat ke arah kota Purwokerto. Sementara itu caping menjadi icon wisata ini, yaitu topi anyaman yang biasa dipakai oleh petani. Caping ini dipinjamkan gratis kepada pengunjung yang membayar tiket masuk sekitar Rp. 25.000/orang (weekend).
Caping
Hanya saja, kami datang pada malam hari, niatnya mau makan malam sambil menikmati city light tapi ternyata wana wisata ini tutup jam 5 sore. Karena sudah sampai ke lokasi, dengan merayu satpam, kamipun di ijinkan masuk tanpa dipungut tiket hanya kami kasih uang rokok aja. Dari satpam kami dapat info bahwa lokasi ini akan dilengkapi dengan vila-villa dan glass deck-nya juga akan dibuat melingkari sisi bukit.

Kami pun berfoto di spot selfie dengan latar city light. Karena habis hujan, kaca yang kami pijak berasa licin dan harus berjalan pelan-pelan untuk sampai ke ujung deck. Hanya sekitar 30 menit selanjutnya kami kembali ke penginapan. 
Berfoto di glass deck
Sebagai catatan: banyak sekali kita baca di internet yang salah kaprah mengenai Baturaden yang disebut berada di Purwokerto. Baturaden dan Purwokerto adalah dua kota yang berbeda, berbeda kecamatan tapi sama-sama berada di satu kabupaten yaitu Banyumas, propinsi Jawa Tengah.

Baca juga link terkait:
- Curug Nangga

- Batu Pandang Ratapan Angin
- Kawah Sikidang, Padang Savana dan Kompleks Candi Arjuna

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...