Skip to main content

Jelajah Jawa Tengah Bagian 6: Curug Jenggala dan Curug Penganten

Tujuan wisata kami kali ini adalah Baturaden yang masih berada di Jawa Tengah. Baturaden ini adalah sebuah kecamatan yang berada di kabupaten Banyumas, berbatasan dengan Purwokerto. Jadi kalau ke Baturaden pastilah kita akan melewati Purwokerto.

Melewati perbatasan Purwokerto-Baturaden sudah agak sore. Karena sekarang bukan weekend jadi Baturaden ini sangat sepi. Bearada di lereng Gunung Slamet, suasana di sini mirip dengan Puncak di Bogor. Hanya saja, Puncak sangat ramai karena menjadi daerah perlintasan ke kota-kota lain. Sementara Baturaden adalah daerah pegunungan yang tidak dilalui kendaraan-kendaraan yang menuju kota-kota sekitarnya sehingga hanya ramai ketika liburan.

Hal pertama ketika sampai tentulah mencari penginapan yang banyak berada di kiri-kanan jalan utama. Setelah keluar masuk beberapa penginapan dan hotel akhirnya pilihan jatuh di sebuah hotel/resort yang berada tidak begitu jauh dari Hutan Raya Baturaden dan cuman berjarak sekitar 100m dari Curug Pinang. Suasana hotel ini sangat asri, seperti berada di hutan, meskipun begitu tarifnya sangat murah, Rp. 185.000/malam dengan kamar yang lumayan luas dan 2 tempat tidur. Hanya saja, ketika malam agak susah mencari makan, walaupun ada tapi tidak terlalu banyak.

18 Februari 2019
Hari kedua di Baturaden. Tujuan pertama kami di sini adalah Curug Jenggala. Curug ini berada di Kp.Kalipagu, Desa Ketenger. Dari Hutan Raya tidak terlalu jauh. Sebenarnya curug ini berada di bawahnya Pancoran 7 yang berada di area Hutan Raya kalau melihat Maps kadang-kadang di arahkan ke sana sehingga kami sempat nyasar.

Kalau kita dari arah Purwokerto, terdapat petunjuk arah ke kiri ke Kalipagu yang jaraknya sekitar 2-3km. mengikuti jalan desa yang kecil dan naik turun sampailah kita di sebuah sungai yang melintasi jalan. Terdapat parkiran, yang merupakan parkiran Curug Bayan yang terlihat dari jalan. Dari Curug Bayan ini kita terus ke atas melewati jalan yang cukup buat 1 mobil dan menanjak. Di akhir jalan kami sampai di depan warung dan parkir di depan warung yang cukup buat 1 mobil. Untuk ke loket Curug Jenggala ada 2 opsi yaitu jalan kaki atau naik ojeg. Karena mau cepat, kami memilih naik ojeg dan pulangnya jalan kaki. Ongkos ojeg ke loket curug Rp. 10.000.

Menurut info bapak yang jaga warung,di atas Curug Jenggala ada Curug Penganten yang jalannya masih alami sehingga di perlukan guide dan si Bapak yang akan menjadi guide kami. Rute ojeg yang kami lalui, meskipun tidak terlalu jauh tapi lumayan menegangkan. Melewati jalan batu, menyusuri jalur pipa PLTA Ketenger, melewati turunan ekstrim hingga melewati jembatan kecil. Sampai di loket kami cukup membayar tiket Rp. 5.000/orang saja. Murah sekali ya..... Nah loket ini berada dekat kolam/bendungan PLTA Ketenger, mirip kolam buat PLTA Kracak di Bogor.
Kolam penampungan PLTA Ketenger
Sampai di loket, cuaca sudah mulai gerimis kecil. Melewati jembatan, kemudian naik bukit dan mengambil jalan lurus (kanan ke arah Pincuran 7/Hutan Raya Baturaden). Dari sini ke Curug Jenggala tidak terlalu jauh hanya sekitar 100m saja. Sampai di area curug terlihat hanya beberapa pengunjung saja.


Curug Jenggala bisa langsung kita liat nikmati dari atas. Di seberang lembah terlihat aliran curug dengan debit besar dan jatuh melewati bebatuan dan membentuk beberapa aliran. Meskipun tidak terlalu tinggi, sekitar 15m namun curug ini sangat istimewa. Selain debitnya yang tinggi juga karena airnya sangat jernih karena bersumber langsung dari  rimbunnya hutan Gunung Slamet. Aliran curug ini juga menjadi sumber dari air untuk PLTA Ketenger selain dari aliran Pincuran 7.

Di pinggir lembah terdapat spot foto yang menjadi icon nya Curug Jenggala ini yaitu selfie deck yang berbentuk hati yang terbuat dari kayu. Karena lagi weekday dan pengunjung bisa di hitung jari, jadi kita bisa berfoto sepuasnya. Dan untuk menuju ke bawah, tersedia tangga-tangga beton tapi sebelumnya kami harus ke Curug Penganten jadi ke bawah akan dilakukan sekembalinya dari Curug Penganten.
Curug Jenggala dari spot foto atas
Curug Jenggala dari spot foto atas

Untuk ke Curug Penganten ini, kalo kalian belum pernah ke sini sangat disarankan membawa guide kalo tidak ingin tersesat. Ingat bahwa area ini adalah area hutan di lereng Gunung Slamet. Dan jalur trekking berupa jalur hutan yang jarang di lewati, karena ada beberapa titik dimana kita harus melintasi sungai/anak sungai sehingga akan membingungkan kalau tidak bersama guide. Trek di hutan Perhutani ini adalah hutan tropis basah, meskipun tidak terlalu terjal namun panjang sehingga cukup menguras tenaga.
Trek Curug Penganten
Trek Curug Penganten
Trek Curug Penganten

Sekitar 45 menit trek di area yang rata yang dipenuhi semak-semak khas hutan tropis kami melihat Curug Penganten di antara pepohonan. Meskipun dari jauh sudah terlihat kemegahan curug ini, debit besar dan sangat tinggi. Karena curug ini ada 2 dan bergandengan makanya di sebut Curug Penganten. Nah, curug aja gandengan, masak kamu tidak?
Curug penganten dari jauh
Curug penganten dari jauh

Untuk ke bawah, mendekati curug, kita harus melewati jalan kecil di pinggir tebing. Di sini kita harus hati-hati selain jalannya sempit juga sangat licin. Karena curugnya sangat tinggi dan debitnya besar maka area di sekitar curug selalu basah terkena tampias
Curug Penganten dari atas
Curug Penganten dari atas
Curug Penganten dari atas

Sebelum ke area sungai, kita bisa berfoto di salah satu spot dengan latar belakang Curug penganten. Dari area ini tinggal beberapa meter lagi hingga sampai ke bawah melewati bebatuan licin.
Salah satu spot foto
Salah satu spot foto

Sampai di bawah, terasa sekali hempasan curug ini menimbulkan terpaan angin yang kuat. Airnya sangat jernih dan dingin. Untuk menikmati curug ini sebaiknya jangan terlau dekat cukup berada di pinggir kolamnya aja. Belum pernah saya berada sedekat ini dengan curug yang besar dan area kolamnya yang sempit.
Berada dekat curug
Berada dekat curug


Berada dekat curug



Di sini kami cukup lama bermain air meskipun cuman berdiri tapi tampiasnya sudah berasa berada di bawah air terjun. Dan kami selesai bermain air karena cuaca sudah mulai tidak bersahabat alias hujan.


Kembali ke Curug Jenggala dalam kondisi hujan lebat. Menggunakan jas hujan untuk melindungi barang bawaan dan dinginnya air hujan. Meskipun hujan, waktu tempuh lebih cepat dibanding ketika berangkat.
Trek kembali dari Curug Penganten

Sampai di Curug Jenggala, kami turun ke arah sungai. Terdapat jembatan bagi pengunjung sampai ke seberang. Karena arusnya sangat deras, kami tidak bisa mendekati curug dan hanya berada di pinggir sungai.
Curug Jenggala dari depan


Curug Jenggala dari depan


Karena hujan, saya tidak sempat berenang di Sendang Candrakirana, yaitu kolam yang mempunyai air terjun kecil. Selanjutnya kembali ke loket depan dan beristirahat di sebuah warung. Karena hujan masih lebat, sambil menunggu reda kami menikmati makanan kecil seperti mie instant dan gorengan.
Sendang Candrakirana saat hujan lebat
Begitu hujan mulai sedikit reda, masih gerimis kami melanjutkan perjalanan ke parkiran jalan kaki.di kejauhan, di puncak bukit terlihat curug yang lumayan besar yang hanya muncul ketika hujan, padahal tadi kami tidak melihatnya.


Sampai di parkiran, bersih-bersih di rumah pemilik warung. Pulangnya kami berencana mampir di Curug Bayan, tapi ternyata curugnya berair keruh karena hujan lebat dan kamipun lanjut ke penginapan.
Trek pulang
Trek pulang
Trek pulang
Baca juga link terkait:
- Batu Pandang Ratapan Angin
- Kawah Sikidang, Padang Savana dan Kompleks Candi Arjuna

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...