Skip to main content

Jelajah Malang-Lumajang: Coban Kaca dan Coban Rais


Malam kedua di Songgoriti-Malang.
Malam ini saya hanya istirahat di kamar sementara Revan dan Noey jalan-jalan ke Alun-alun Batu yang tidak jauh jaraknya dari penginapan. Jadwal besok adalah ke Rais dan siangnya perjalanan menuju Probolinggo (Air Terjun Madakaripura).
Sekitar jam 7 pagi kami sudah checkout dan berangkat menuju Coban Rais. Coban ini berjarak 10 km lebih dari penginapan tapi ke arah Malang kota dan Probolinggo. Coban Rais berada di satu kawasan dengan Batu Flower Garden, salah satu wana wisata yang menjadi andalan kota Batu. Jadi, di jamin kalau  ke sini gak bakalan nyasar!.
Gerbang Coban Rais
Sampai di parkiran motor, kami bayar Rp. 5.000, dan menurut juru parkir untuk ke Coban Rais bisa menggunakan ojeg Rp. 25.000 sekali jalan dan ada Coban Kaca (baru dibuka) yang berada di atas Coban Rais dengan tarif Rp. 70.000 PP. Meninggalkan barang-barang di motor kemudian berjalan sekitar 100m dan bertemu pangkalan ojeg. Setelah mendapatkan penjelasan panjang lebar akhirnya kami sepakat  ke Coban Kaca dengan tarif Rp. 70.000 PP. Perjalanan ke Coban Kaca mempunyai trek sepanjang kira-kira 6km.
Awal perjalanan kami melewati jalan licin di rumput dan semak-semak menyusuri kaki Gunung Panderman yang dari jauh terlihat puncaknya. Keluar dari semak-semak kemudian memasuki jalur gunung yang berupa jalan setapak hanya saja dipakai buat motor. Agak-agak mirip dengan jalur ke Curug Penganten dan Curug Lalay di Gunung Sanggabuana. 
Jalur menuju Coban Kaca
Kondisi jalan yg ekstrim
Menyusuri pinggang bukit, di sebelah kiri terlihat jurang yang sangat dalam. Dengan kondisi jalan yang licin, yang kalau hujan jalur ini tidak boleh dilalui, si Bapak ojeg berpesan kalau di beberapa titik dipersilahkan untuk turun karena kondisi yang sangat ekstrim. Memutari bukit hingga sampai di satu titik yang membuat saya harus turun kemudian dilanjutkan hingga sampai di dekat Coban Kaca tingkat 2.
Setelah turun ojeg, kami jalan sekitar 50m ke Coban Kaca tingkat 2. Coban ini tidak terllau tinggi hanya sekitar 4-5m tapi airnya sangat jernih dan dingin. Air Coban Kaca ini mengalir memasuki hutan lindung hingga sampai ke Coban Rais yang ada di bawah.
Coban Kaca tingkat 2
Berjalan ke atas sekitar 100m kami sampai di Coban Kaca tingkat 1 yang merupakan coban utama. Coban ini memunyai ketinggian sekitar 30-40m, debit air tidak terlalu besar meskipun begitu air nya sangat jernih dan dingin karena berada di hulu sungai. Suasananya masih sangat asri, dikelilingi oleh hutan perawan.
Coban Kaca tingkat 1
Coban Kaca tingkat 1
Setelah mengambil foto-foto kami melanjutkan perjalanan dan janjian dengan Bapak Ojeg untuk diantar ke gerbang Coban Rais. Melewati Batu Flower Garden dan berenti gerbang Coban Rais. Di loket kita bayar Rp. 10.000. Dan dekat loket terdapat 2 jalur, yang kiri arah bawah/lembah merupakan jalur khusus ojeg yang biayanya Rp. 25.000 sekali jalan. 
Batu Flower Garden
Salah satu spot di Batu Flower Garden
Salah satu spot di Batu Flower Garden
Untuk pejalan kaki kita mengambil jalur kanan menyusuri saluran irigasi dan pipa-pipa air. Karena sudah memasuki kawasan hutan lindung, kita akan disuguhi pemandangan hijau dari pepohonan dan suara-suara makluk hutan seperti serangga dan burung-burung. Jalur menuju coban ini tidak ekstrim, landai namun lumayan jauh, dan tidak kami prediksi sebelumnya.
Salah satu spot menuju Coban Rais
Salah satu spot menuju Coban Rais
Salah satu spot menuju Coban Rais
Terus mengikuti jalur pipa air yang terlihat sangat banyak, yang menguras air dari hulu sungai sehingga terisisa sedikit yang mengalir di sungai. Juga terlihat bak-bak penampungan air di sepanjang jalur ke coban. Sekitar 45 menit berjalan sampailah di sebuah warung yang sekaligus tempat pangkalan ojeg. Di belakang warung terdapat aliran sungai dan coban kecil. Kemudian kita berjalan menaiki bukit yang tidak terlalu inggi hingga terlihat Coban Rais di kejauhan, karena coban ini memang sangat tinggi dan cukup membuat saya agak tekejut karena di luar dugaan tingginya.
Tingginya Coban Rais dilihat dari kejauhan
Coban Rais
Tidak terlihat banyak pengunjung ke sini. Bisa dihitung dengan jari. Dari jauh coban ini bisa diprediksi mempunyai ketinggian sekitar 80 atau lebih, tapi saya perkirakan bisa sampai 100m. Di kelilingi tebing-tebing curam dan pepohonan yang membuat rindang. Hanya saja, di saung tempat pengunjung beristirahat banyak sekali sampah menumpuk sampai berserakan kemana-mana.
Tak beberapa lama kemudian datang rombongan anak-anak muda dan kami pun memutuskan kembali. Berjalan sampai warung, istirahat sejenak dan Noey melanjutkan ke parkiran menggunakan ojeg saya dan Revan berjalan kaki. Di parkiran, kami istirahat makan siang, persiapan buat ke Probolinggo.
 
Baca juga link terkait:
- Tumpak Sewu/Coban Sewu dan Coban Ciblungan (kunjungan kedua)
- Sumber Telu, Panorama Coban Kapas Biru dan Coban Gampit
- Coban Srengenge dan Coban Gintung 
- Coban Kabut Pelangi
- Coban Kapas Biru 
- Air Terjun Madakaripura, Coban Lawean dan Coban Kembar 
- Coban Rondo dan Labirin Coban Rondo
- Sumber Siji, Sumber Pitu dan Sumber Papat
- Coban Putri Ayu/Coban Buntung, Coban Kodok dan Grojogan Sewu 

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...