Skip to main content

Weekend Gateway: Kuningan-Cirebon Bagian 1


Weekend getaway kali ini, 27-28 Oktober 2018, kami memilih liburan ke Cirebon. Biasanya kami berwisata alam, tapi kali ini memilih wisata sejarah dan kuliner. Kali ini saya ditemani Noey, Kusti dan Revan. Dari Bogor kami kecuali Kusti berangkat dari Bogor sekitar jam 4.50 pagi. Melewati tol Cikampek, kami terjebak macet begitu memasuki tol hingga KM 45 karena pengerjaan Elevated Toll. Sekitar KM 36 kami mampir di rest area untuk menjemput Kusti.

Setelah KM 45, perjalanan mulai ramai lancar hingga memasuki tol Cipali. Tol Cipali sangat sepi, hanya terlihat satu dua mobil melintas, dan saya sedikit surprise karena bau pertama kali melewati tol ini. Hanya saja, kondisi jalan di tol Cipali ini sangat jelek dibandingkan tol CIkampek, Jagorawi ataupun Merak. Jalannya bergelombang dan kadang-kadang ada sedikit ‘patahan/retak’ sehingga mobil terasa ‘goyang’ dan harus hati-hati kalau berkecepatan tinggi.
Di jalan tol tiba-tiba tujuan berubah, kami  memutuskan hari ini ke Kuningan yaitu ke Telaga Remis, Telaga Nilem dan Telaga Biru. Semua telaga ini meskipun di Kuningan tapi masih dekat perbatasan dengan Cirebon. 
Keluar dari Tol Plumbon, mengikuti Google Maps, kami mengarah ke daerah Pasawahan (Kuningan). Memasuki jalan desa, melewati perkampungan yang kiri kanan jalan banyak pohon mangga yang sedang berbuah. Kondisi jalan yang terus menanjak karena berada di kaki Gunung Ciremai. Tujuan pertama kami adalah Telaga Biru atau lokasi terjauh di antara 3 telaga di atas.
Memasuki jalan desa yang dikiri kanannya banyak di tumbuhi pohon mangga yang kebetulan sedang musim berbuah. Hampir tiap rumah di sini ditanami pohon mangga. Desa-desa yang kami lewati lumayan tertata rapi dan bersih.


Telaga Biru
Melewati lokasi Telaga Remis dan Telaga Nilem, kami akhirnya sampai di Telaga Biru. Kebetulan masih pagi, sedkit sekali pengunjung di sini, hanya sekitar 4 orang. Telaga Biru ini kebetulan berada persis di sisi jalan. Jadi setelah parkir, kita bisa langsung menikmati pemandangan. Oh iya, karcis masuk di sini cuman Rp. 5.000/orang dan masih dikelola oleh masyarakat sekitar dan parkirnya juga seiklasnya (kami bayar Rp. 5.000 untuk mobil). Dan untuk kebersihan bisa mendapat skor 8/10 hehehehe.
Berfoto dulu di landmark Telaga Biru
Apa sih yang istimewa dari telaga ini? Memang telaga ini tidak begitu luas, jadi jangan membayangkan seperti Situ Gunung apalagi seperti Danau Toba hahahaha. Danau ini airnya berwarna biru, dengan sumber mata air yang tidak pernah kering. Di danau ini hidup ratusan ikan-ikan aneka warna seperti ikan mas, ikan nila dan bawal dengan ukuran jumbo. 
Aynan di atas telaga yang dipenuhi ikan-ikan
Aynan di atas telaga yang dipenuhi ikan-ikan
Aynan di atas telaga yang dipenuhi ikan-ikan

Aynan di atas telaga yang dipenuhi ikan-ikan
Bukan itu saja, suasana di telaga ini sangat alami, maklum di bawah kaki Gunung Ciremai. Di kelilingi pepohonan besar dan bukit membuat suasana jadi adem. Di tambah lagi ikan-ikan yang sangat jinak. Supaya ikan-ikan ini mendekat, kita cukup melempar umpat berupa pelet yang di jual di warung seharga Rp. 5.000 satu bungkus. Begitu pelet dilempar, ratusan ikan akan berebut dan menjadi atraksi yang seru. Di pinggir kolam juga disediakan ayunan buat yang mau foto-foto cantik cukup membayar Rp. 5.000, tidak ada aturan berapa lama, tapi jangan lama-lama juga karena harus gantian dengan pengunjung lain hehehe.
Spot foto Telaga Biru
Spot foto Telaga Biru
Spot foto Telaga Biru

Sudah semakin siang, selanjutnya menuju 2 telaga lagi yang berdekatan yaitu Telaga Remis dan Telaga Nilem.

Telaga RemisMasih di desa yang sama, Desa Kaduela, jarak dari Biru ke Telaga Remis sekitar 2km.hanya saja, Telaga Remis dan Telaga Nilem masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Karena dikelola oleh Taman Nasional jadi ongkos masuknya jadi mahal sekitar Rp. 15.000/orang plus parkir Rp. 5.000.
Jalan dari parkir ke telaga
 Telaga Remis ini agak mirip dengan Situ Gunung di Sukabumi, hanya saja di sini banyak banget warung-warung di lokasi telaga dan sepertinya kurang terawat. Air telaga juga terlihat sangat dangkal di penuhi tanaman air, mungkin saja kalau musim hujan jadi lebih dalam. Di pinggir telaga banyak terparkir perahu-perahu bebek untuk berkeliling telaga cuman ya itu... airnya sedang kering.
Suasana di pinggiran telaga
Di sekitar telaga juga disiapkan jembatan-jembatan untuk area foto. Karena tidak banyak yang dilakukan di sini, kami melanjutkan ke destinasi berikutnya, Telaga Nilem.
Spot foto di sekitar Telaga Remis

Spot foto di sekitar Telaga Remis
Telaga Nilem
Dari Telaga Remis ke Telaga Nilem sebenarnya bisa jalan kaki (dulunya) dan gerbang masuknya dulu satu lokasi. Sekarang ke Telaga Nilem harus melewati gerbang loket khusus. Jadi kami pindah lokasi parkir yang berjarak sekitar 500m.

Di pos kami ‘hanya’ membayar Rp. 10.000/orang karena sudah dari Telaga Remis. Jadi kalau hanya ke Telaga Nilem seharusnya membayar Rp. 15,000 plus parkir seiklasnya (kami bayar Rp. 5.000).

Karena tujuan utama ke Telaga Nilem untuk berenang, jadi kami membawa pakain renang/ganti. Dan jarak dari parkiran ke kolam renang sekitar 200m. sampai di area kolam terlihat ada 3 kolam renang. 2 yang pertama buat anak-anak, dan yang ke tiga buat orang dewasa yang kedalamannya sekitar 2-2,5m.

Di sekitar kolam terdapat warung-warung yang menjual aneka makanan dan minuman serta penyewaan ban. Juga ada yang menjual pakaian renang, jadi kalau kalian kesana lupa membawa pakaian renang, jangan takut ya....

Air di 3 kolam tersebut sangat jernih bak kristal dan tentu saja dingiiiin brrrr. Karena sudah dewasa, kamipun memilih kolam ketiga hehehehe. Selain airnya yang bening, juga terdapat tanaman air yang menghiasi dasar kolam sehingga serasa berenang di dalam aquarium. 
Bermain dikesejukan Telaga Nilem
Bermain dikesejukan Telaga Nilem
Bermain dikesejukan Telaga Nilem

Bermain dikesejukan Telaga Nilem
Jadi buat kalian yang suka foto-foto underwater, sangat pas kalau berada di sini. Terlihat eksotik loh.... apalagi ditambah dengan ikan-ikan endemik daerah ini, ikan kecil-kecil yang berwarna orang kemerahan. Ikan Nilem, inilah ikan yang menghuni telaga ini sehingga telaga ini dinamakan Telaga Nilem.
Revan dan Kusti @foto underwater
Foto underwater, ini saya....


Foto underwater, ini saya....
Foto underwater, ini saya....
Meskipun lama berenang di kesejukan air telaga ini, rasanya enggan pergi dan ingin berlama-lama di sini. Mengingat kami harus ke Cirebon mau gak mau kami harus segera melanjutkan perjalanan. Jadi buat kalian yang ke Kuningan atau Cirebon, tidak ada salahnya mampir di tiga telaga di atas. Tempat yang cocok buat bersantai melupakan rutinitas sehari-hari.
Telaga Remis, Telaga Nilem dan Telaga Biru
Lokasi:
Desa Kaduela, kecamatan Pesawahan-Kuningan-Jawa Barat

Baca link terkait:
- Goa Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, Sumur 7 dan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...