Skip to main content

The Unexpected Journey 2: Green Canyon/Curug Ciomas dan Curug Cigentis

Dari Curug Lalay kami di antar lagi oleh abang ojeg hingga pos tiket Curug Ciomas/Green Canyon. Lokasi wisata ini berada persis dipinggir jalan Cariu-Karawang. Jembatan Ciomas yang berada di sungai Ciomas ini adalah pembatas wilayah Cariu (Bogor) dan Tegalwaru (Karawang). Jadi, tidak heran kalau di internet kita membaca bahwa Green Canyon ini berada di Karawang dan sebagian mengatakan di Bogor. Jangan heran kalau pintu masuk ke kawasan ini ada 2, dari sisi Bogor dan sisi Karawang yang ada di seberangnya.karena saya dari Bogor, maka saya masuk melewati pintu Bogor dengan biaya Rp. 10.000. untuk parkir tidak usah takut karena banyak lapangan parkir di sini. Biaya parkir Rp. 5.000. 
Sesuai dengan namanya, yang langsung terlihat jelas di lokasi wisata ini adalah Curug Ciomas. Dengan ketinggian sekitar 8m dengan kolam yang sangat dalam. Di sini pengunjung bisa melompat dari atas tebing yang persis berada di atas Curug Ciomas. Untuk yang tidak bisa berenang juga ada kolam-kolam kecil di alirannya.  Airnya berwarna kehijauan, hanya saja karena banyak yang berenang di aliran atas, dan banyaknya pengunjung yang berenang dan lompat maka airnya berwarna kecoklatan. Di atas curug ini adalah Green Canyon.

Curug Ciomas

Curug Ciomas
Curug Ciomas
Untuk mencapai lokasi Green Canyon kita harus melewati tangga kayu sekitar 10m. selanjutnya melewati cor-coran yang berbatasan langsung dengan Curug Ciomas. Dari sini kita bisa melihatlangsung ke bagian dalam dari Green Canyon. Meski namanya menyerupai nama Green Canyon di Pangandaran, di sini ukurannya kecil, dengan lebar terpanjang sekitar 10 m dengan bebatuan tebing yang mengapit sungai Ciomas yang mengalir di tengah membentuk lorong batu.
Green Canyon dari luar

Untuk memesuki lorong-lorong batu ini kita harus berenang karena kedalamannya sekitar 2.5 m atau mungkin lebih kalau di musim hujan. Sepanjang lorong ini tidak semua bagian alur sungainya dalam, ada juga area yang dangkal sehingga pengunjung bisa berdiri dan duduk-duduk. Di area yang dalam, pengunjung banyak yang melompat dari atas tebing. Untuk naik ke atas tebing kita harus memanjatnya karena tidak disediakan tangga ataupun tali. Di ujung tebing terdapat curug kecil dan untuk ke ujung kita harus berenang. Semakin ke ujung, air sungai semakin bening dan hijau karena sedikit pengunjung menuju ke sana.
Suasana di dalam Green Canyon
Suasana di dalam Green Canyon
View dari atas
View dari atas
Di sisi tebing terdapat pipa-pipa saluran air warga, selain di tebing juga ada di aliran sungai sehingga membuat pemandangan agak terganggu. Pipa-pipa air ini disalurkan ke rumah-rumah warga terutama ke bagian wilayah Bogor yang agak ramai penduduk. Sementara di arah Karawang yang berkontur bukit terlihat jarang rumah penduduk.
Tidak terlalu lama di sini, kamipun melanjutkan perjalanan ke Curug Cigentis yang berjarak sekitar 30 menit dari Green Canyon. Begitu melintas dari Jembatan Ciomas, memasuki Tegalwaru kondisi jalan berubah drastis. Jalan kecil dan banyak yang rusak tapi pemandangan menuju Curug Cigentis sangatlah indah.
Di kejauhan kita bisa melihat deretan pegunungan dan persawahan yang membentang hijau. Hanya saja, di kejauhan kita bisa melihat satu bukit, Gunung Sirnalanggeng yang sangat memprihatikan. Gunungnya hanya tinggal separo, karena penambangan pasir/tanah, ibarat sebuah kue yang digigit tikus. Sangat memprihatinkan!.
Kondisi jalan setelah Curug Ciomas

Salah satu view menuju Curug Cigentis


Perjalanan kami sampai di lokasi wisata Kampung Turis, sebuah lokasi bertema air, dimana didalamnya ada restoran, danau buatan, dan permainan lainnya. Lokasi ini menjadi salah satu tujuan wisata utama di Karawang. Dari pertigaan ini, ke kiri adalah jalan ke Karawang kota sementara ke kanan adalah ke Curug Cigentis yang berjarak sekitar 3km.

Pertigaan Kampung Turis

Menempuh jalan cor-coran mendaki, sampai di batas mobil, karena jika bawa mobil akan melewati tanjakan panjang dan ditakutkan mobil tidak sampai ke atas sehingga di sediakan parkir mobil di bawah, buat yang bawa motor bisa lanjut ke atas.
Biaya parkir mobil Rp. 5.000. dari parkiran kita jalan kaki sekitar 300m ke curug. Sepanjang jalan ke curug terdapat saung-saung di kiri kanan hingga ke loket karcis. Karcis masuk Rp. 20.000/orang, lumayan mahal, mungkin karena di kelola oleh Perhutani. Menyusuri jalan setapak berbatu akhirnya kami sampai di Curug Cigentis.

Lokasi parkir
Treking menuju loket CUrug Cigentis
Loket Curug Cigentis
Treking menuju curug
Warung sepanjang jalan menuju curug

Sampai di curug ternyata banyak sekali pengunjungnya, sebagian banyak yang bermain air di bawah curug yang mempunyai ketinggian sekitar 25m ini. Air yang berasal dari Gunung Sanggabuana ini sangat dingin tapi debitnya tidak terlalu besar karena musim kemarau. Kebanyakan pengunjung hanya berkumpul di sekitar curug dan berfoto-foto.
Di banding Bogor tentu saja jumlah curug di Karawang jauh lebih sedikit di banding Bogor sehingga di hari libur curug ini diserbu pengunjung demikian juga dengan Curug Ciomas dan Green Canyon.
Jam 3 kami pun kembali dengan terlebih dahulu menikmati makan siang di salah satu saung yang ada. Makan siang yang sangat telat hahahhaha. Kembali ke Bogor sekitar jam 3.30 dan sampai di rumah hampir jam 7 karena sempat nyasar di Citeureup.
Sebuah perjalanan yang tak terduga tapi sangat menyenangkan.....

Curug Cigentis yang ramai pengunjung
Curug Cigentis yang ramai pengunjung
Curug Cigentis yang ramai pengunjung

Baca juga link terkait:





Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...