Skip to main content

Jelajah Pulau Buton Bagian IV: Pemandian Bungi dan Air Terjun Kogawuna

Buat pecinta air terjun, Pemandian Bungi sangat recommended, jangan terlewatkan. Selain aksesnya yang sangat mudah, juga pemandian dan air terjunnya yang sangat bagus dan unik.
Untuk ke Pemandian ini, dari Air Terjun Tirta Rimba ke parkiran berjarak sekitar 3km saja. Atau dari jalan raya ke parkiran hanya sekitar 200 m saja. Dari pinggir jalan terlihat plang kecil yang menunjukkan arah ke Pemandian Bungi. Hanya saja, jalan menuju parkiran cukup untuk 1 mobil dan kiri kanan tertutup semak, jadi meski hati-hati jika tiba-tiba ada kendaraan di depan.
Lokasi parkir ada di sisi sungai dan tidak ada penjagaan jadi tidak ada pungutan di sini. Meski kami ke sini di hari libur (Minggu), tidak terlihat pengunjung mandi di sungai.
Pemandian Bungi
Pemandian Bungi
Air sungainya berwarna hijau tosca dan sangat jernih. Terlihat undakan-undakan dan leuwi yang cocok buat berenang. Di seberang terlihat satu makam yang lumayan besar dan panjang. Awalnya kami menyusuri sungai melewati makam ini, mau mencari air terjun yang terlihat di Google Maps (Air Terjun Kogwuna). Baru berjalan sekitar 100m, tidak terlihat air terjun dan kami kembali.
Di aliran sungai bagian bawah, terlihat air terjun yang tidak terlau tinggi tapi mempunyai leuwi yang sagat bagus. Di sini kamu mengambil beberapa foto.
Pemandian Bungi bagian bawah
Pemandian Bungi bagian bawah
Pemandian Bungi bagian bawah
Pemandian Bungi bagian bawah
Di hari ketiga di Pulau Buton, kami kembali lagi ke Pemandian Bungi. Dengan guide yang berbeda dengan hari pertama, kami mengunjungi Air Terjun Kogawuna.
Ternyata jalur menuju air terjun melewati sisi sungai sebelah kanan, bukan menyeberang melewati kuburan hehehhe. 
Point penting ketika menuju air terjun adalah, mengikuti jalur pipa 30 cm. Awalnya kami memasuki perkebunan menyisir sisi sungai. Selanjutnya menyusuri sungai melewati pipa, jadi kami berjalan di atas pipa 30 cm. Untung saja ilmu meringakan tubuh saya sudah tingkat advance, sisa belajar dulu di Nepal... hahahahha. Di sini, air yang tadinya hijau tosca tiba-tiba berubah jadi keruh, saya berfikir mungkin karena sisa hujan.
Mengikutin jalur pipa
Mengikutin jalur pipa
Kira-kira 20 menit meniti pipa, kemudian kami menyeberang sungai. Di sini guide kami agak bingung karena terakhir dia ke sini 5 tahun yang lalu hahahha. Akhirnya ketemu jalan setapak memasuki hutan/semak. Tidak jauh berjalan, kami bertemu dengan pembangunan jalan baru yang membelah hutan, oalahh kiranya ini yang membuat air sungai jadi keruh. 
Rupanya guide kami juga baru tahu ada pembangunan jalan di sini. Tidak terlihat pekerja, tapi pembangunannya sudah hampir final. 
Menyeberangi jalan, kamipun melanjutkan perjalanan menyusuri sungai. Kira-kira 100 m, kami pun harus menyeberangi sungai, melewati jelmbatan pipa. Dari atas terlihat aliran sungai berundak-undak dengan air yang berwarna hijau tosca.
Menyeberan sungai melewati pipag
Menyeberan sungai melewati pipa
View dari jembatan
 Menempuh perjalanan total sekitar 45 menit, selanjutnya kira-kira beberapa ratus meter kamipun menemukan Air Terjun Kogawuna. Susah sekali di gambarkan dengan kata keindahan air terjun ini, menakjubkan.
Air Terjun Kogawuna
Air Terjun Kogawuna
 Sebelum berlama-lama di air terjun utama ini, kami menuju air terjun yang ada di aliran atas. Melewati tanaman berduri, dan menaiki tebing kemudian meniti pipa, kami sampai di atas air terjun dan dilanjutkan sedikit, sampailah di air terjun yang bagian atas. 
Menyusuri pipa
Menyusuri pipa
Air terjun bagian atas, tidak sebesar yang di bawah, tapi mempunyai kolam yang sangat luas (sepertinya sangat dalam hahaha). Air nya melewati bebatuan yang landai tapi besar dan bearus kuat. Karena tidak tegak lurus, jadi kalau difoto akan kelihatan pendek dan biasa saja, padahal aslinya air terjun ini besar dan menakjubkan.

Air terjun tingkat atas
Air terjun tingkat atas
Kemudan kami kembali ke air terjun utama. Dari atas kita bisa mencari angle untuk mendapatkan foto yang bagus ke arah bawah. Meski demikian sulit untuk mendapatkan foto air terjun secara utuh, harus dari beberapa angle.
Air terjun utama
Air terjun utama
Air terjun utama
Air terjun utama
Air terjun utama
Air terjun utama
Air terjun utama
Di sisi kiri terlihat air terjun membentuk tirai yang jatuh tegak lurus. Sementara di sisi kiri air terjun jatuh melewati bebatuan berundak-undak sehingga membentuk aliran yang menakjubkan. Bagusnya lagi, tidak ada pengunjung selain kami, jadi bebas mengambil foto dari sudut mana saja hahahaha....
Karena tidak ada rencana berenang, jadi saya tidak basah-basahan. Hanya guide kami saja yang berenang dan loncat-loncat ke kolam yang kelihatannya sangat dalam.
Coba saja air terjun ini ada di Bogor, pastilah saya akan sering ada di sini... tapi pasti akan ada banyak pungutan per beberapa ratus meter hahahaha...
Setelah puas mengambil foto, kami pun kembali sambil mampir ke air terjun kecil di aliran sungai di bawah.
Ar terjun yang kecil di aliran bawah
Sampai di parkir, masih tidak terlihat pengunjung di sini. Jadi kalau kalian ke Buton, jangan lupa berkunjung ke sini, selain bagus, sepi, aman dan gratis tentunya.
============
Pemandian Bungi dan Air Terjun Kogawuna
Kec. Bungi-Baubau
Sulawesi Tenggara

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...