Skip to main content

Desa Wisata Ciasihan Bagian 3. : Curug Cikuluwung Herang (Curug Bendungan) dan Curug Kiara

Setelah mengunjungi Curug Kiara minggu sebelumnya tanggal 27 Januari. Minggu depannya 4 Februari 2018 saya kembali ke Desa Ciasihan. Kali ini bareng teman-teman dari Traveler-Backpacker (TRACK) Kaskus Regional Bogor. Terakhir kamu jalan bareng ke Puraseda, hunting Curug dari Curug Cikoneng sampai Curug Salawe.
Berangkat pagi ternyata di jalan dari rumah ke tempat berkumpul di depan IPB Dramaga, hujan sangat lebat. Sempat istirahat sebentar di SPBU dan mengisi bensin, akhirnya perjalanan lanjut. Terkumpul ada 16 orang  yang berkumpul disusul Kang Danny yang gabung kemudian, jadi total peserta jadi 17 orang dengan menggunakan 10 motor.
Mampir di minimarket buat membeli bekal
Karena jalur yang kami lewati sudah sering di bahas di blog-blog sebelumnya termasuk ke Ciasmara, jadi tidak saya ceritakan dengan detail. Sampai di Desa Ciasihan, dipertigaan Ciasihan-Cibatok-Cemplang, kami menunggu Kang Danny, setelah terkumpul, kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi, saat itu suasana gerimis.
Sampai di loket wisata, kami membayar tiket masuk Rp.5.000 per orang. Kemudian dilanjutkan ke lokasi parkir di area masjid. Dari parkir, dilanjutkan trekking sekitar 200 m. Kabut tebal menyelimuti perjalanan kami.
Cuaca berkabut
Cuaca berkabut
Sampai di loket pembayaran, ternyata tiketnya naik dari Rp. 10.000 minggu lalu menjadi Rp. 20.000. Mau gak mau kami tetap membayar meski protes karena naik 100% dalam rentang 1 minggu.
Setelah membayar tiket masuk, kami melanjutkan perjalanan. Menyusuri sisi bukit sepanjang jalur irigasi, kita harus extra hati-hati. Di sisi kiri dimana terdapat jurang di selimuti kabut sehingga kita juga tidak bisa melihat Gunung Salak.
Trek melewati saluran irigasi
Trek melewati saluran irigasi dengan Susana kabut
Tujuan pertama yaitu (kembali lagi) ke Curug Cikuluwung Herang (sekarang di sebut Curug Bendungan). Jalan beriringan sekitar 30 menit kami sampai di bendungan yang diselimuti kabut tebal. Tapi tetap bisa berfoto bersama hehehehe...
Sampai di irigasi Cikuluwung
Lanjut sekitar 50 meter kami sampai ke curug. Gak menunggu lama, meski kondisi sangat dingi, semua menceburkan diri ke kolam.
Curug Cikuluwung
Awalnya saya tidak berniat berenang di sini, tapi melihat Kang Dani dan Lukman berang dan naik ke tebing saya pun ikut-ikutan naik. Perlu keberanian dan bantuan untuk bisa naik ke atas.
Naik ke tebing
Naik ke tebing
Naik ke tebing
Naik ke tebing
It's me...!!!!
Awalnya cuman naik di tebing bagian bawah dan loncat-loncat ke kolam. Tapi pas Lukman dan Kang Danny ke atas, ternyata ada curug di atasnya. Saya pun ikut ke atas, tapi harus melewati curug yang berarus deras. Harus hati-hati, kalo gak, bisa ke bawa arus dan jatuh ke kolam. Di atas, curugnya gak terlalu tinggi, tapi kolamnya luas dan gak terlalu dalam. Di sini, kabut nya tebal di banding di bawah. Nah, jika kalian ke sini, coba lah ke curug di atasnya, hanya saja perlu sedikit usaha.
Curug di atas Curug Bendungan
Curug di atas Curug Bendungan
View dari atas
View dari atas
Dari atas, cara cepat kembali lagi tentu saja dengan cara loncat. Cobalah loncat dari sisi yang lebih tinggi, pasti lebih seru.
Setelah puas berenang di curug, kami melanjutkan ke Curug Kiara.Rute yang di tempuh sama dengan rute ke curug ini. Jadi kita balik lagi hingga ada petunjuk arah ke Curug Kiara. Dari jalur irigasi ke Curug Kiara sekitar 50m. Selanjutnya turun melewati tangga vertical. hati-hati turun di sini, lambat-lambat asal selamat. Di bawah sudah ada beberapa rombongan yang sedang mengambil foto. Begitu kita datang, langsung suasana jadi rusuk, kami yang memang sudah basah-basah langsung menceburkan diri. Melewati leuwi yang tidak terlalu dalam, kami menyeberang ke atas, ke curug utama. Di curug utama, tidak ada yang berani masuk karena tidak terlalu luas dan arusnya deras. kami hanya berada di bebatuan besar di sekitaran curug mengambil bebrapa foto.
Curug Kiara
Curug Kiara
Curug Kiara
Curug Kiara
Selanjutnya kami banyak berenang di aliran bawah yang leuwinya tidak terlalu dalam dan dikeliling tebing eksotis.



Puas berenang, kami pun menyiapkan makan siang. Ada yang memasak mie, pizza, brondong dan roti.Gak usah heran ya, kok sempat-sempatnya memasak pizza hehheh. Terima kasih sama Putri yang udah menyiapkan semuanya 😃.
Makan siang
Asyiknya rame-rame...
Asyiknya rame-rame...
Berada di luar air, ternyata membuat badan malah menggigil hehhehe. Dan meski cuaca tidak mendukung, pengunjung malah bertambah. Selesai menyantap makanan, beres-beres dan bersih-bersih (ini harus!!!), kami pun melanjutkan perjalanan menuju Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari.

Link terkait:
- Curug Geblug
- Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari
- Curug Kiara
- Curug Cikuluwung Herang dan Curug Emas
- Curug Saderi dan Curug Cimanglid
- Curug Cikawah dan Curug Gleweran

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...