Skip to main content

Permudah Pusat Informasi Melalui SBS Atlas

SBS Atlas. |© WWF-Indonesia
Sunda Banda SescapeSBS (Bentang Laut Sunda Banda), terbentang dari Bali, Nusa Tenggara, Maluku Tenggara, Kupang hingga bagian Selatan pulau Sulawesi dengan luas kawasan kurang lebih 151,3 juta ha. 

Kawasan ini merupakan rumah bagi beberapa spesies yang dilindungi, seperti setasean, hiu, dan ikan-ikan bernilai ekonomis tinggi seperti ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) serta merupakan habitat makan penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), namun sayangnya terancam oleh berbagai kegiatan yang merusak lingkungan

Lembaga non pemerintah yang bekerja di wilayah SBS atau di luar SBS, bahkan lembaga pemerintah pun tidak memiliki kesamaan data mengenai spesies dan kekayaan alam lainnya di wilayah Bentang Laut Sunda Banda. Hal tersbut mendorong WWF-Indonesia untuk membuat atlas untuk SBS (SBS Atlas) untuk berkumpulnya seluruh data yang dimiliki berbagai pihak.

SBS Atlas dikembangkan bersama WWF-US dan World Fish Centre untuk menyebarkan data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk spasial yang dapat diaskes oleh siapa saja dengan mudah.  Resmi diluncurkan pada tanggal 26 Februari 2015 pada kegiatan Pertemuan Multi Pihak Kelautan dan Perikanan Lingkup Bentang Laut Sunda Banda.

Tampilan website SBS atlas. |© WWF-Indonesia
Melalui laman http://sbsatlas.reefbase.org/, berbagai informasi dapat diakses dan diunduh, seperti, batasan wilayah SBS dan tiga sub-seascape (Inner Banda, Lesser Sunda dan Southern-Eastern Sulawesi), data ekologi (habitat lamun, bakau, terumbu karang, beberapa spesies ikan penting dan terancam), informasi oseanografi (sebaran klorofil a, arus, salinitas, dll), informasi sosial (demografi dan pola pemanfaatan), informasi spesies (populasi ikan, jalur migrasi penyu, dan penampakan mamalia laut), dan perikanan (mengacu pada indikator EAFM).

Kehadiran SBS Atlas ini diharapkan dapat memotivasi semangat sharing data antar lembaga dan menjadi pooling data untuk memfasilitasi semangat tersebut. Seiring dengan peningkatan upaya konservasi akibat ditetapkannya wilayah SBS sebagai wilayah prioritas konservasi, sistem pool data seperti ini memudahkan akses informasi, menghindari adanya ketumpang tindihan data, dan akhirnya mendukung perkembangan upaya konservasi kawasan SBS kedepannya.

Informasi yang tersedia di SBS Atlas ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi analisa atau kajian lebih lanjut. SBS Atlas ini merupakan living atlas yang dapat dan akan diperbaharui setiap satu tahun sekali seiring dengan perkembangan informasi yang terkumpul.

Terumbu karang sehat di Alor. Foto: © Dwi Ariyoga | WWF-Indonesia

Penulis : Amkieltiela (Marine Science and Knowledge Management Officer)


Sumber: WWF Indonesia

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...