Skip to main content

Pencarian Pendaki Bawakaraeng Nihil, Tim Temukan Baju Korban

Lembah Ramma di kaki Gunung Bawakaraeng, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Lembah Ramma di kaki Gunung Bawakaraeng,
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan.
Foto: TEMPO|Aniswati Syahrir
MAKASSAR -- Enam hari sudah empat pelajar asal Kota Makassar, Setiawan Ramadan atau Ifan, Ikhsan, Muhammad Andra Pratama dan Aldi hilang di Gunung Bawakaraeng, Lingkungan Lembanna, Kecamatan Tinggimoncong, Gowa.

Bahkan informasi terakhir yang diterima Tribun dari Tagana Gowa, Sabtu (18/1/2014) sore, pencarian belum menemukan hasil.

"Sampai saat ini masih nihil. Tim yang sejak pagi hingga petang menyisir sekitaran Gunung Bawakaraeng sudah kembali ke pos (Lembanna) untuk beristirahat," ujar Rahmat salah satu tim Tagana Gowa yang dihubungi tribun.

Sementara itu, tim gabungan yang terdiri dari KPA atau disebut Seru 1 juga disiagakan di pos 5 Bawakaraeng sebanyak 12 personil untuk kembali melanjutkan pencarian hingga ke puncak.

Proses pencarian dibagi dua tim. Jalur puncak dan Lembah Ramma. Tim yang menuju jalur ramma menyisir puncak talung, topidi hingga ke panaikang. Dan kembali ke Lembanna. Jalur puncak tetap melalui jalur umum dan sesekali menyisir area diluar jalur untuk kemungkinan terjatuh dijurang. Hujan dan kabut tetap menemani tim selama proses pencarian. Sehingga jarak pandang hanya mencapai 20 meter.

Tim juga mendapat tambahan personil dari SAR Brimob lima orang dan beberapa anggota komunitas pecinta alam dari Gowa dan Makassar.

Namun saat menyisir pos 5, tim sempat menemukan baju kaos berwarna hitam lengan pendek dan sebuah pita yang diduga milik salah seorang korban.

"Tim sempat menemukan baju kaos warna hitam lengan pendek. Ada tulisannya "pandam" didepannya. Saat dibawa ke posko salah seorang orangtua korban mengaku kalau itu baju anaknya. Tapi saya tidak tahu yang mana," ujar Komandan Tim SAR Makassar, Darul.

Ifan Dkk berangkat mendaki Minggu (12/1). Saat mendaki mereka tidak meminta izin kepada kepala lingkungan setempat. Hanya motor mereka yang ditemukan diparkiran kediaman Tata Rasyid (tetuah Bawakaraeng).

Menurut penjelasan Darul, ketahanan fisik manusia diatas gunung tidak bisa dipastikan. Tergantung masing-masing pendaki. Jika pendaki pintar hidup ditengah hutan dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan kemungkinan masih bisa bertahan hidup.

"Kami hanya memberikan penjelasan kepada orangtuanya kalau mereka mungkin masih tersesat. Kami tidak bisa juga mengatakan bagaimana atau berapa persen kemungkinan selamat atau tidak," jelasnya.

Hingga kini belum diketahui kemana arah tujuan Ifan dkk. Tim juga terkendala melalui jalur Lembah Ramma dikarenakan sungai meluap dan melebar sehingga menutup akses jalur.

Diantara berempat, hanya Ikhsan yang pernah mencapai puncak Gunung Bawakaraeng. Sedangkan Ifan, Aldi dan Andra setiap mendaki hanya ke Lembah Ramma.

"Penjelasan dari orangtuanya mereka seringji naik gunung. Tapi hanya sampai Lembah Ramma. Hanya Ikhsan yang sudah pernah sampai puncak bawakaraeng," tambah Darul.



Sumber: TRIBUNNEWS.COM|Tribun Timur, Waode Nurmin

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...