Skip to main content

Jelajah Sumedang Bagian 1: Curug Sindulang/Curug Cinulang


Trip kali ini saya, Revan, Ringgo dan Jay berpetualang ke Sumedang, salah satu kota di Jawa Barat yang belum pernah saya kunjungi. Trip ini dimulai tanggal 13 Mei dan berakhir 16 Mei dengan rute Bogor-Cikampek-Cileunyi-Sumedang dan kembali via Subang-Purwakarta. Berangkat dari Bogor sekitar jam 5.30 pagi karena hari Senin jalan tol Jagorawi hingga Cikampek sangat macet dan baru bisa keluar kemacetan sekitar jam 9 pagi. Lewat KM45 jalan tol sudah lancar dan kami beristirahat sebentar di KM55.



Trip kali ini saya, Revan, Ringgo dan Jay berpetualang ke Sumedang, salah satu kota di Jawa Barat yang belum pernah saya kunjungi. Trip ini dimulai tanggal 13 Mei dan berakhir 16 Mei dengan rute Bogor-Cikampek-Cileunyi-Sumedang dan kembali via Subang-Purwakarta. Berangkat dari Bogor sekitar jam 5.30 pagi karena hari Senin jalan tol Jagorawi hingga Cikampek sangat macet dan baru bisa keluar kemacetan sekitar jam 9 pagi. Lewat KM45 jalan tol sudah lancar dan kami beristirahat sebentar di KM55.


Curug Sindulang/Curug Cinulang

Keluar Cikampek lanjut tol Purbaleunyi kemudian keluar tol Cileunyi. Keluar tol ini kita sudah memasuki wilayah Rancaekek di Bandung Barat. Wilayah ini lumayan padat penduduk, tipikal wilayah-wilayah di Jawa Barat.  Keluar jalan tol ini ke Curug Sindulang atau lebih dikenal dengan nama Curug Cinulang berjarak sekitar 1 jam perjalanan.Dan di sini nanti ada percabangan menuju Nagreg (ke Garut) dan ke Sumedang kota. Karena Curug Cinulang berada di perbatasan dengan Cicalengka, maka kita terus menuju Cicalengka. Menuju daerah perbatasan ini kita akan memasuki jalan ke arah perbukitan/pegunungan jadi kondisi jalannya akan terus naik.

Kondisi jalan yang kurang bagus dan tidak selebar jalan utama, tapi kita akan di suguhi dengan pemandangan yang angat cantik. Di spot tertentu kita akan bisa melihat pemandangan kota yang di kelilingi oleh perbukitan sementara di sisi lain berupa pegunungan dengan view pedesaan dan sawah-sawah yang menghampar bak permadani.








Di satu spot yang rata seperti lapangan kita bisa parkir di sini. Terdapat beberapa warung yang saat itu tutup karena puasa. Di spot ini kami mampir untuk berfoto setelah kembali dari Curug Cinulang. Siang itu terlihat sekelompok anak SMP berpakaian corat-coret sepertinya habis merayakan kelulusan. Sepertinya spot ini adalah spot favorit warga dan pas sekali untuk melihat sunset/sunrise dan citylight. Dan bagusnya lagi, lahannya luas sehingga bisa bebas parkir.
View Cicalengka
View dari bukit



Menyusuri Jl. Curug Cinulang yang berkelok-kelok dan naik turun bukit pemandangannya yang hijau memanjakan mata. Meskipun begitu kita harus hati-hati berkendara karena kondisi jalan dan juga karena kita berada di sisi bukit. Kadang-kadang kita melewati satu dua tempat wisata alam dan resto-resto berkonsep natural, salah satunya Pondok Wisata Aki Enim yang juga bisa ditemukan di Maps. Di sisi kiri berupa lembah dengan sungai dan persawahan.
Di suatu tanjakan kami membaca plang petunjuk arah ke Curug Cinulang, berikutnya kami membaca lagi petunjuk arah yang ternyata keduanya adalah pintu masuk lama (tidak resmi). Tidak jauh dari jalur tadi, kami sampai di gerbang resmi Curug Cinulang. Karena berada di sisi lembah, tidak tersedia lahan parkir yang luas, hanya memanfaatkan sedikit badan jalan. Saat itu terlihat beberapa motor pengunjung yang datang lebih dahulu. Untuk biaya parkir mobil Rp. 10.000 sementara tiket masuk ke curug Rp. 5.000/orang.
Gerbang masuk Curug Cinulang
Dari loket kita akan melewati jalan turun, jalan yang sudah di cor. Tidak beberapa jauh terdapat anak sungai kecil berair jernih yang jadi cikal salah satu curug yang ada di area ini. Melewati jembatan kecil di atas anak sungai ini kita sudah bisa melihat kemegahan Curug Cinulang. Terlihat 2 air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50m dengan arus yang sangat deras dan mengaliri Sungai Citarik yang membelah lembah ini. Curug ini juga yang menjadi batas wilayah kab. Sumedang dan Bandung Barat. Dari nama aslinya:  Curug Sindulang kita bisa menebak bahwa curug ini bagian dari Sumedang karena nama Sindulang berasal dari nama salah satu desa di Sumedang.
View curug dari atas dekat gerbang masuk
Jalan masuk menuju curug
Oke kita lupakan dulu klaim wilayah ini... yang jelas Curug ini adanya di Jawa Barat hahahaha. Selanjutnya kita berada di area yang lumayan rata dan luas, di sini kita bisa ke musholla dan toilet. Hanya saja musholla dan toiletnya kurang terawat dan terlihat lusuh. Dari sini kita terus ke bawah, dan saking derasnya curug ini, sepanjang jalan kita bisa merasakan tampiasnya. Satu hal yang sangat mengganggu adalah melihat pemandangan warung-warung yang bertebaran sepanjang pinggir sungai sekitar curug. Boleh dikata, setiap area rata terdapat warung yang terbuat dari kayu dengan atap terpal yang sudah hancur diterpa kencangnya angin yang berasal dari curug. Menurut saya seharusnya warung-warung ini berada di atas agar terlihat rapi dan bersih.
Sampai di bawah, tampias semakin kuat, berdiri di sekitar sini harus rela basah. Bukan hanya itu, semua bebatuan di sekitar ini menjadi sangat sangat licin. Jadi harap berhati-hati ketika mendekati area curug, jangan sampai tergelincir ke arus sungai. Di atas sungai terbentang jembatan bambu untuk mencapai seberang sungai yang ternyata dari seberang juga terlihat akses menuju curug ini. Dan lagi-lagi, jembatan bambu ini juga sangat licin, dan berbahaya, dan saya sempat tergelincir dan untung berpegangan pada sisi jembatan.
Di tebing sebelah kiri terlihat curug yang sungainya kami lewati tadi. Debitnya tidak terlalu deras tapi terlihat cantik dengan tipe cascade, mengalir melewati bebatian dan terlihat bertingkat. Air dari curug ini langsung masuk ke derasnya arus Sungai Citarik. Sementara curug utama, dengan ketinggian sekitar 50m, terdiri dari 2 curug dengan debit besar dan arus yang sangat kuat, mungkin karena masih sering turun hujan meskipun seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Di balik kecantikan curug ini sangat disayangkan banyak nya sampah yang terbawa aliran sungai dan banyak yang menyangkut di sela-sela bebatuan sungai, jadi terlihat agak kotor.. Perlu dicatat, di aliran atas curug ini terdapat wana wisata air.
Curug di tebing sebelah kiri
Ringgo @Curug Cinulang
Menyeberangi sungai melewati jembatan bambu, kami sampai di sebuah saung yang lumayan luas tapi tetap saja kebasahan tampias dari curug. Di saung ini kami menaruh tas sekaligus berteduh. Di area ini tersedia juga beberapa toilet dan juga terlihat jalan setapak menuju atas bukit. Lewat sini kita bisa turun ke sungai dengan aman untuk mengambil foto-foto curug. Kita bisa duduk di bebatuan dekat curug dan teman lain bisa mengambil foto dari sudut yang pas yang agak aman dari tampias. Di sini kita tidka bisa berlama-lama menggunakan kamera DSRL karena akan basah dan bisa rusak. Jadi gunakan HP dan jaga tetap kering.
Di depan Curug Cinulang
Di depan Curug Cinulang
Di depan Curug Cinulang
Meskipun bulan puasa, di sini juga ada beberapa pengunjung lain walau kurang dari 10 orang. Dan memasuki tengah hari kami meninggalkan curug ini menuju Sumedang kota. Mudah-mudahan kedepannya curug ini lebih dikelola profesional dan ditata sehingga lebih dapat dinikmati wisatawan sebagaimana kita menikmati keindahannya lewat cuplikan lagu Sunda yang ditulis kang Yayan Jatnika di Chanel Youtube ini dengan judul sama, Curug Cinulang. Berikut cuplikan lyric lagu tersebut yang mengambarkan kegalauan akan masa depan cinta seseorang:
Curug Cinulang
Di curug Cinulang
Bulan béntang narémbongan
Hawar-hawar aya tembang
Tembang asih tembang kadeudeuh duaan


Di curug Cinulang
Anjeun ceurik balilihan
Muntang kana panghareupan

Cinta urang mugia sing papanjangan


 Kabaseuhan cai kahéman
Kacérétan ibun kamelang
Meungkeut pageuh geter rasa kahariwang
Hariwang cinta urang panungtungan
Kabaseuhan cai kaheman
Kaceretan ibun kamelang
Mengket pageuh geter rasa kahariwang
Hariwang cinta urang panungtungan


Terjemahan:

Di Curug Cinulang
Bulan bintang bermunculan
Seperti ada lantunan lagu
Lagu cinta lagu tersayang berdua



Di Curug Cinulang
Batin menangis kesakitan
Berharap pada masa depan
Cinta kita semoga kekal selamanya


Terbasahi air kebahagiaan
Terciprati kehawatiran
Diikat kuat dengan rasa kecemasan
Cemas cinta kita berakhir

Info:
Nama : Curug Sidulang/Curug Cidulang
Lokasi: Desa Sidulang-kab. Sumedang
Biaya: HTM Rp. 5.000 dan parkir (mobil) Rp. 10.000


Baca juga link terkait:
- Danau Biru Situ Cilembang
- Mata Air Cikandung dan Waduk Jatigede
- Curug Gorobog

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...