Skip to main content

Back to Bali 11: Air Terjun Goa Giri Campuhan

Air Terjun Goa Giri Campuhan
Jarak (Air Terjun) Goa Giri Campuhan (GGC) dari Air Terjun Tukad Cepung sekitar 2.5km, jadi gak terlalu jauh. Dan GGC ini jalur nya juga searah dengan Tukad Cepung jadi kami melewati spot ini ketika pulang (berangkat nya beda arah karena dari Desa Panglipuran) dari Tukad Cepung. Awalnya dari Tukad Cepung kami bermaksud langsung kembali ke penginapan  yang berjarak hampir 2 jam ini. Tapi di pinggir jalan awalnya melihat petunjuk lokasi Air Terjun Krisik yang berada di tengah sawah. Ragu-ragu untuk berhenti, dan tidak berapa lama kami membaca spanduk Air terjun Goa Giri Campuhan yang terlihat sangat menarik. Namun agak bingung karena tidak terlhat adanya loket dan parkiran. Akhirnya kami parkir di halaman sebuah tempat pengolahan padi.
Petunjuk arah ke Goa Giri Campuhan
Dari parkir, kami menuju GGC atas petunjuk salah satu warga di sana bertiga, saya, Revan dan Ira sementara driver kamu, Putu menunggu di parkiran. Menuruni bukit terus naik ke pematang sawah dan selanjutnya melewati persawahan. Kebetulan cuacanya lagi cerah sehingga kami bisa menyaksikan Gunung Agung yang lumayat terlihat jelas. Melewati persawahan yang luas ini tidak kami tidak berpapasan dengan penduduk maupun pengunjung lain. Untuk di sepanjang jalan terdapat petunjuk arah dari kayu yang bertuliskan GGC dan arah panah sehingga kami tidak nyasar.
Trekking di sawah dengan latar gunung
Sampai di ujung sawah kemudian menyisiri pinggir bukit. Mulai sore dan ditambah dengan banyaknya pepohonan dan hanya kami bertiga, suasana terasa agak ‘serem’. Tak berapa lama kami sampai di sebuah tempat berdoa (saya kurang tahu istilah Bali-nya) serta tulisan agar pengunjung berdoa duu sebelum dan sesudah mengunjungi tempat ini. Di suruh berdoa, bukannya tambah tenang malah terasa ‘serem’ hahahha. ya udah, sesuai kepercayaan, kamipun berdoa dalam hati secara Islam.
Lokasi berdoa
Melewati tempat ini beberapa puluh meter kami menemukan mulut terowongan. Terowongan yang menuju sungai ini terlihat gelap (gak ada lampu). Awalnya Ira gak mau turun dan minta supaya kami balik aja, akhirnya kita kasih pilihan mau ikut atau tinggal di sana hahahha. Akhirnya Ira mau ikut, berjalan di tengah, sementara Revan di depan menggunakan senter dari HP dan saya di belakang. Lorong yang menurun ini lurus kemudian memutar ke kanan ke arah sungai. Ketika sampai di ujung terowongan barulah perasaan lega karena di bawah ternyata ada 3 orang penjaga dan 2 orang wisatawan.
Terowongan turun
Terowongan turun
Para petugas ini terlihat antusias dengan kedatangan kami. 2 orang dari mereka langsung menyambut kami, menyapa dan memberikan informasi mengenai objek wisata ini. dari mereka kami mendapat info bahwa lokasi ini baru dibuka beberapa bulan lalu dan belum banyak wisatawan yang mengunjunginya. Dan mereka meminta masukan dari kami untuk perbaikan kedepannya.

Lokasi ini sangat menarik sekali, kami surprise melihat lokasi ini. berada di lembah, dan merupakan pertemuan dua sungai. sungai pertama terdapat kolam-kolam yang bisa buat berenang dan terlihat dalam. Dan mereka menawarkan kami untuk berenang mencoba kesejukan air di sini (tapi kami tidak berniat berbasah-basahan lagi karena sebelumnya sudah berbasah-basah di Tukad Cepung dan sudah ganti pakaian).
Pertemuan  2 sungai
Dari arah sungai satu lagi, melewati lembah sempit terdapat air terjun kecil di ujung lembah, dan yang menarik adalah banyaknya air terjun di sepanjang tebing berbatuan berwarna hitam. Air terjun ini berundak-undak dan terlihat unik. Di sini ada batu berlobang yang kalau diambil dari sudut yang pas akan berbentuk hati. Air nya yang dingin dan tidak dalam bisa dipakai untuk berenang.
Air terjun di sepanjang tebing
Batu Hati
Batu Hati
Air terjun di sepanjang tebing
Air terjun di sepanjang tebing
Karena pertemuan dua sungai, untuk mengantisipasi banjir, di sini terdapat pintu air. Nah di dekat pintu air ini di tebingnya terdapat air terjun yang lumayan besar yang mengalir melewati batu tebing. Meskipun tidak besar tapi terlihat sangat unik. Air yang awalnya kecil di bagian atas kemudian menyebar di bagian bawah kemudian menyatu dengan sungai di bawahnya.
Air terjun Utama
Air terjun Utama
Air terjun Utama

Nah, kalian pasti bertanya kenapa namanya pakai embel-embel goa? Ya karena di sini memang ada goa nya. Mulut goa ini berada tepat di depan air terjun yang besar, kita tinggal menyeberang sungai kemudian naik sedikit ke bukit hingga sampai ke mulut goa. Pas di depan mulut goa, terdapat 2 cabang goa kiri dan kanan. Salah satu guide di sana menawarkan saya untuk memasuki goa tersebut, tapi berhubung sudah sore dan gelap, saya agak-agak serem apalagi lokasi wisata ini masih jarang dikunjungi hahahhaha. Untuk kalian yang punya waktu ke sini silahkan menikmati keunikan objek wisata satu ini.
View air terjun dari goa
Setelah puas menikmati keindahan objek wisata ini kami ijin pulang ke bapak-bapak yang jaga. Dan mereka berharap kami memviralkan di medsos mengenai objek wisata ini. dan mudah-mudahan kedepannya akan ramai seperti halnya Air Terjun Tukad Cepung.

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...