Skip to main content

Curug Muara: Curug Yang Instagrammable Banget...!!!

Sabtu, 26 Mei 2018
Hunting curug kali ini adalah Curug Muara. Curug ini jarang terdengar dan belum terlalu akrab dikalangan traveler dan pecinta curug dibanding curug-curug yang ada di kawasan Salak Endah, Gunung Menir, Ciasmara dll. Namun begitu, curug ini sangat cantik dan sayang sekali jika di lewatin untuk yag hobby fotografi (apalagi yang suka narsis di medsos hehe...!)
Karena tidak terlalu jauh dari rumah dan tujuan kami hanya ke Curug Muara, maka kami berangkat sekitar jam 8 pagi.  Daerah ini sering banget kami lewatin, jadi saya kasih tahu jalur tercepatnya. Dari Bogor kota ambil jalur ke arah Leuwiliang, melewati IPB Dramaga dan Gunung Batu Ciampea terus hingga sampai ke pertigaan Cikampak dan pertigaan Cibatok (biasanya ini jalur yang ditempuh kalau ke Salak Endah). Tidak jauh dari pertigaan Cibatok kemudian pertigaan Cemplang atau Jl. KH. Abdul Hamid terus saja hingga sampai pertigaan Situ Udik.
Pertigaan Situ Udik
Pondok Pesantren Modern Sahid
Pertigaan ambil kanan
Pertigaan ambill lurus ke peternakan
Persis di pertigaan Situ Udik ini (berseberangan jalan) terdapat Pondok Pesantren Modern Sahid, pertigaan ini lumayan ramai jadi dijamin gak bakalan nyasar kecuali tidak memperhatikan jalan. Perlu di ketahui, Situ Udik (Danau) ini juga lokasi wisata dan Desa Situ Udik sendiri adalah sentra Sapi Perah di Bogor.
Setelah ambil kanan, tidak beberapa jauh akan ketemu jembatan, kemudian ketemu pertigaan ambil kanan terus saja hingga ada plang penunjuk arah ke Situ Udik (kiri), kemudian ambil lurus memasuki peternakan sapi perah. Kami menumpang parkir di depan peternakan dan diantar ke arah sungai oleh seorang pegawai peternakan. Dari peternakan ke sungai, dengan menuruni sedikit bukit berjarak kira-kira 50 m. Hanya sampai di sini kami di antar, selanjutnya kami menyeberangi sungai, Sungai Cigamea, yang dangkal dan tidak terlalu berarus.
Parkir di peternakan
Menuju sungai
Menyeberangi Sungai Cigamea
Di seberang sungai kami sudah menemukan bebatuan unik yang mirip dengan bebatuan yang ada di Curug Cikuluwung. Batu-batu sungai seperti disusun dengan rapi oleh alam, kemudian memasuki lembah batu yang sempit dengan tebing tegak lurus yang berakhir di Curug Muara. 
Melewati Leuwi Goong (?)
Karena takut kesiangan, kami melanjutkan ke tujuan utama, Curug Muara dengan menyisiri tebing yang ada dipinggir sungai.menaiki sisi bukit dampai di persawahan, kemudian turun ke bawah melewati jalan setapak. Meski dari atas ke bawah (sungai) berjarak sekitar 50 meteran, tapi kondisi jalur turunnya sangat ekstrim ditambah lagi bebatuannya sangat licin. Ada titik yang kondisinya hampir tegak lurus dan tidak ada pegangan membuat saya harus merangkak turun hahaha.... tergelincir sedikit aja jadi fatal akibatnya. 
Persawahan di sisi tebing sungai
Menuruni tebing ke arah sungai
Kondisi jalan saat naik
Kondisi jalan saat naik
Sampai di bawah tepat berada di muara sungai, pertemuan Sungai Cigamea dan Sungai Cianten. Terlihat curug kecil di seberang sungai di aliran Sungai Cianten. Di sebelah kiri di aliran Sungai Cigamea dari jauh sudah terlihat Curug Muara. Menakjubkan.....!!!! 
Curug kecil di seberang sungai
Curug kecil di seberang sungai
Curug dengan tinggi kira-kira 25 meter ini sangat mirip dengan Curug Cilontar meski lebih ramping dan lebih tinggi. Belum ada pegunjung pagi itu selain kami berdua. Di kelilingi oleh tebing tegak lurus dan pepohonan hijau, benar-benar cantik !!!. 
Curug Muara
Bebatuan dan kerikil di aliran curug menambah kecantikan curug ini. Hanya saja, karena sudah jauh dari hulu sungai, lumayan banyak kita menemukan sampah. Tapi airnya masih jernih dan tidak terlalu keruh seperti aliran Sungai Cianten.
Curug Muara yang Instragammable
Curug Muara yang Instragammable
Curug Muara yang Instragammable
Curug Muara yang Instragammable
Di sebelah kiri terdapat tebing yang ukup rata, seolah-olah disediakan oleh alam untuk berfoto dan menikmati keindahan curug ini !!!.
Curug Muara dari sisi kiri
Curug Muara dari sisi kiri
Sebelum pulang, Revan sempat mengambil foto curug kecil yang ada di aliran bawah.curug yang airnya langsung jatuh ke sungai.
Aliran bawah
Curug kecil di aliran bawah
Selanjutnya kami mampir di leuwi atas yang bebatuannya sangat unik tadi. Harus hati-hati mendekati bibir tebing dan sungainya karena arusnya yang lumayan deras. Mirip dengan Curug Cikuluwung, tapi  lembah batu di sini lebih panjang, lebih sempit dan tegak lurus. Di ujung lembah air sungai jatuh membentuk Curug Muara.
Lembah sempit menuju Curug Muara
Lembah sempit menuju Curug Muara
Leuwi Goong dengan bebatuannya yang unik
Leuwi Goong dengan bebatuannya yang unik
Leuwi Goong dengan bebatuannya yang unik
Di sisi sungai kita bisa temukan juga bebatuan unik berbentuk bulat sempurna, ellips dan hati (Love). Bebatuan ini di susun oleh pengunjung/penduduk sekitar. Jangan diganggu atau dipindahkan ya guys... tetap jaga kebersihan di area ini.
Bebatuan unik
Bebatuan unik
Nama: Curug Muara
Lokasi: Kampung Cigamea-Desa Situ Udik
kec. Cibungbulan-kab. Bogor
Biaya: seiklasnya
Masuk: free

Link terkait:
- Curug Cilontar-Leuwiliang
- Curug Cikuluwung-Cibitung Wetan
- Curug Idas-Cibitung Wetan
- Curug Cilontar dan Curug Sawer
- Curug Jatake/Lembah Pelangi-Leuwiliang

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...