Skip to main content

Never Ending Beauty of Sombori-Labengki Part I: Pulau Labengki Kecil

Setelah mengunjungi Pulau Buton (25-28 Maret) dan Air Terjun Moramo (29 Maret), selanjutnya kami mengikuti Open Trip (30 Maret-1 April) yang diadakan oleh salah satu operator wisata yang lumayan terkenal di Indonesia.

Dengan jumlah peserta 12 orang, kami berangkat melalui pelabuhan kecil menuju Pulau Labengki Kecil tempat kami menginap. Total perjalanan sekitar 2.5 jam menggunakan perahu bermotor.  Jadi jangan membayangkan perjalanan lautnya menggunakan kapal ferry seperti ke Karimun Jawa atau ke Sabang atau speed boat seperti ke Nusa Penida. Untuk lah pagi itu cuaca sangat bersahabat sehingga ombak tidak tinggi.

Sampai di Labengki Kecil kami berlabuh di sebuah dermaga kecil. Terlihat anak-anak kecil pria-wanita sedang bermain air, berenang dan loncat-loncat. Tidak ada pengawasan dari orang dewasa karena mereka sudah terbiasa dan bisa berenang.
Bercengkrama dengan anak-anak lokal
Air laut yang sangat jernih, sehingga di dermaga kita bisa menyaksikan ribuan ikan yang berenang dan bulu babi menempel di dasar.

Homestay kami persis berada di depan dermaga, begitu turun dari perahu, hanya beberapa langkah, langsung memasuki homestay. Homestaynya kelihatan masih baru, terdiri dari 4 kamar tidur, 2 kamar mandi dan 2 toilet. Tidak ada AC atau TV di sini, hanya dilengkapi dengan kipas angin, dan ternyata.... rusak hahaha. Listrik pun hanya dari jam 6 malam-6 pagi. Jangan berharap sinyal hp akan bagus sehingga bisa updated. Kadang-kadang sinyal nya bisa untuk menelpon (provider tertentu) tapi internet tidak bisa sama sekali di pulau ini. Jadi kalau mau menginap di sini, bersiaplah meninggalakan gemerlapnya duniawi hahahhaa.... Tapi buat kalian yang punya budget lebih dan gak mau (hidup) susah, ada penginapan dan resort bagus di pulau sekitar Labengki Kecil.
Bercengkrama dengan anak-anak lokal
Bercengkrama dengan anak-anak lokal
Tidak banyak yang kami lakukan selagi menunggu makan siang, kami hanya mengobrol sambil melihat dan bercengkrama dengan anak-anak yang masih asik berenang di cuaca terik begini. Tidak menunggu lama, setelah makan siang yang menunya ikan pastinya, kami menuju dua spot di sekitar Labengki, yaitu Blue Lagoon dan Pantai Pasir Panjang di Pulau Labengki Besar (silahkan lihat di artikel selanjutnya).

Goa Kolam Renang
Sore hari kami tadinya mau ke Mercusuar yang berada di sisi belakang pulau ini (arah Timur) tapi di tengah perjalanan kami melihat ada Taman dan object wisata Goa. Tidak tertulis nama goanya, hanya Goa kolam renang. Kami memutuskan menuju goa. Tidak ada penjaga yang biasa menghidupkan lampu di dalam goa menggunakan genset portable. Karena kami pengen banget masuk, akhirnya guide kami mencari genset ke pengelola goa ini.
Suasana kampung
Setelah dapat genset dan lampu dalam goa hidup, kami masuk ke dalam. Turun ke dalam goa sekitar 2 meteran. Goanya tidak terlalu luas, tapi ada 2 kolam alami dan air asin.
Kolam renang alami di dalam goa
Kolam renang alami di dalam goa
Memasuki kolam pertama tidak terlalu dalam. Tapi di kolam berikutnya lebih dari 2 m sehingga untuk mencapai area goa paling ujung kita harus berenang. Tapi buat yang tidak bisa berenang disiapkan steorofoam buat mengapung, tapi steorofoam ini mengganggu sekali, pecahannya menempel di dinding-dinding goa.
Kolam renang alami di dalam goa
Kolam renang alami di dalam goa
Tim Power Rangers
Tim Power Rangers
Setelah puas berenang dan berfoto kami keluar goa yang ternyata sudah mulai gelap hahahha (sempat kena omel karena gensetnya mau dipakai buat di rumah hahahha). Untuk menikmati goa ini kami bayar Rp. 10.000/orang (lumayan buat bayar genset hahaha).

Sunrise
Untuk menikmati sunrise di Labengki Kecil, cukup berjalan sekitar 200 meter menuju belakang perkampungan melewati Goa Kolam Renang dan Mangrove. Jalan beton membelah hutan mangrove hingga mencapai pantai yang ada mercusuar nya ini. Sekitar jam 5.30 sudah banyak pengunjung yang ingin menikmati sunset.

Menikmati matahari yang berlahan muncul dari garis horizon adalah salah satu momen yang sangat ditunggu-tunggu. Dan itu bisa kita nikmati di Pulau Labengki Kecil.
Sunrise di Labengki Kecil
Link terkait:

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...