Skip to main content

Wisata Tenjolaya-Bogor Part VIII: Curug Sawer dan Curug Segitiga

Ini adalah perjalanan ke-3 ke lokasi wisata Curug Cipeuteuy atau Situs Megalitik Arca Domas/Cibalay. 2 perjalanan sebelumnya silahkan di baca di sini:


Minggu, 21 Januari 2018, kali ini kami bertiga, saya, Revan dan Cici menggunakan 2 motor, saya berboncengan dengan Revan dan Cici menyewa ojeg. Kami janjian di salah satu SPBU di daerag Gunung Batu. Meski cuaca pagi itu mendung, kami tetap melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya tujuan kali ini adalah mengunjungi Curug Ciseeng yang dulu belum ada namanya dan berharap kali ini curugnya sudah dibuka alias ada akses buat turun.
Tidak perlu dijelasin lagi perjalanan kami menuju lokasi ini. Jadi setelah sampai di lokasi, kami parkir di tempat ibuk yang biasa, yang anaknya juga pegawai Taman Nasional dan juga penjaga tiket masuk kawasan ini. Karena mas yang jaganya belum ke loket, jadi kami bayar tiketmasuk di parkiran, sekarang jadi Rp. 15.000/orang yang sebelumnya Rp. 10.000. Selanjutnya trekking sekitar 15 menit. Sampai di gerbang Situs Arca Domas, kami mengambil langsung arah ke curug jadi kami tidak melewati situs. 
Melewati hutan pinus hingga sampai di loket. Di sini kami istirahat sebentar, sampai penjaganya sampai. Setelah ketemu, kami pun di ajak menuju Curug Sawer, yang menurut mas nya belum ada pengunjung yang ke sana. Karena excited, jadi kamipun oke aja. 
Awal perjalanan
Jalur curug baru ini, mengikutin aliran kali kecil (irigasi?) di depan loket, sebelum turun menuju camping ground.  
 
 
Menyusuri kali ini yang masih di hutan pinus dan jalannya masih berupa jalan setapak. Selanjutnya mengikutin jalan yang baru saja di buka, karena cuman berupa tanah merah, jadi jalannya agak licin. Selanjutnya kami menyeberangi sungai melewati jembatan kayu kecil. 
 
Di seberang, kami naik bukit lagi hingga menemukan area camping ground yang baru dipersiapkan. Nah sebenarnya dari sini kita ambil jalur lain hingga ke sungai dan mengikuti alur sungai sampai ke Curug Cipeuteuy.
 
Meninggalkan camping ground ini, kemudian kami melewati jalan tanah lagi yang licin. Selanjutnya menyusuri pinggir sungai dengan trek berbatu. Tentu saja batunya licin-licin karena jarang sekali dilewatin kecuali pekebun. 
Sepanjang perjalanan, aliran sungai terlihat kering dan tidak teraliri. Mengherankan, begitu masuk aliran sungai, kami menemukan leuwi dan curug kecil yang airnya lumayan deras dan sangat bening. 
 
Selanjutnya sekitar 50m di depan juga terlihat curug-curug kecil dengan leuwi yang menggoda kita untk menceburkan diri. Melanjutkan perjalanan, masih dengan trek berbatu yang licin, kami menemukan lagi curug dan leuwi. 
Tidak jauh dari curug kecil ini, dikejauhan kami melihat curug yang mengalir di tebing sebelah kiri. Kemudian di kejauhan terlihat tujuan utama kami, Curug Sawer. Nah menurut guide nya, kami adalah pengunjung pertama yang datang kesana, ini menurut dia loh ya... hehehehe.
 
 
Curug nya lumayan tinggi, tapi debitnya kecil, kalau besar pastilah spektakuler banget. Mungkin kami sedang tidak beruntung.
 
 
 
Di bawahnya tidak terdapat leuwi yang dalam. Saya sempatkan untuk mandi di bawah air terjunnya. Seperti yang di duga, dingin bangeeeet hahahaha. Di bawah aliran curug ini ada beberapa leuwi yang gak terlalu dalam. Nah di sini ada udang-udang endemik sungai ini. Berwarna agak kemerahan.
 
Setelah puas bermain di sini, kamipun kembali. Nah sampai di caping ground tadi, kami mengambil jalur pintas ke sungai. 
Jalur pulang menuju Curug Cipeuteuy
 Sampai di Curug Cipeuteuy saya dan Revan bermaksud ke Curug Ciseeng yang beda pengelola, tapi sayang curug nya di pagar/ditutup jadi tidak bisa turun. Hanya saja buat kalian yang mau kemping, di sekitar Curug Ciseeng disediakan camping ground hanya saja beda pengelola dengan Curug Cipeuteuy.
Selanjutnya kami menuju Curug Segitiga. Curug ini berada di bawahnya Curug Cipeuteuy. Jadi dari Cipeuteuy ambil jalur kiri yang ada jembatan kecil. Kira-kira 50 meter terdapat tangga turun ke sungai. Nah di bawah ada 2 aliran sungai, yang kiri dari Curug Ciseeng yang membentuk curug kecil, dan kanan adalah Curug Segitiga yang merupakan aliran dari Curug Cipeuteuy.
Tangga menuju Curug Segitiga
Melewai tebing nan eksotis, sekitar 50 meter terlihat Curug Segitiga yang menurut saya lebih bagus dibanding Curug Cipeuteuy. Ada 2 aliran curugnya, di tengahnya kita bisa naik ke batunya dan loncat ke leuwinya yang dalamnya sekitar 2 meter. Kolamnya juga luas dibandingkan Cipeuteuy. Jadi buat yang pengen berenang saya sarankan berenang di sini. Hanya saja buat yang gak bisa berenang harus hati-hati sebaiknya berenang di pinggir atau di Curug Cipeuteuy yang dangkal. Di sini saya puas berenang dan loncat-loncat tanpa diganggu pengunjung lain.
 
 
 
 
Karena udah mulai hujan kami kembali dan berteduh di warung di area camping ground. 
Menunggu hujan sambil ditemani mie dan teh hangat adalah moment yang indah bukan 😀😋😜
Berfoto di hutan pinus sebelum pulang
Berfoto di hutan pinus sebelum pulang

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...