Skip to main content

Desa Wisata Ciasihan Bagian 4 : Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari

Setelah dari Curug Kiara, kami melanjutkan ke Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun dan Curug Bidadari yang berada di satu jalur.
Menuju curug-curug tersebut kami harus balik dulu ke pertigaan Curug Kiara-Curug Bendungan. hanya beberapa meter dari pertigaan ada jalan setapak menuju ke arah aungai. Hanya berjarak sekitar 100m kita sudah sampai di sungai, kemudian menyeberangi sungai melalui jembatan kayu. Di ujung jembatan langsung ambil jalan ke kiri. Jalannya pada saat itu masih jalan setapak dan basah. Menyusuri bukit dipinggir sungai terdengar suara-suara pengunjung di Curug Kiara. Habis jalan setapak kemudian kami menemukan jalan berbatu yang sedang dikerjakan. Jadi sebenarnya jalur ini belum di buka resmi hehehehe. Terlihat beberapa pekerja jalan yang sedang istirahat , mereka memberi tahu lokasi curug yang ada di depan.
Nah, habis jalan  berbatu yang belum selesai dikerjakan, selanjutnya kami memasuki jalan Tanah tapi dikiri kanannya sudah mulai dibersihkan. Kemudian melewati jalan yang lumayan licin menurun menuju sungai. Nah sampai di sungai yang sangat jernih dan dingin ini, di sebelah kanan di kejauhan terlihat Curug Batu Ampar.
Untuk mencapai curug ini kita harus berjalan sekitar 50 meter. Curugnya tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 5-6 meter. Tapi curug ini sangat lah istimewa karena masih sangat alami dan berada di hulu sungai Cikuluwung. Sudah terbayang kan jernih dan dingin airnya???.
Curug Batu Ampar
Curug Batu Ampar
Curug Batu Ampar
Walaupun hujan dan dingin, tidak menghalangi teman-teman untuk menceburkan diri menikmati curug ini. Kebetulan juga leuwi nya tidak terlalu dalam, hanya sedada, jadi pas sekali untuk bermain air.
Curug Batu Ampar
Curug Batu Ampar
Curug Batu Ampar
Curug Batu Ampar
Karena sudah mulai sore, sebagian besar rombongan kembali. Sementara saya, Revan dan Kang Dani menyusuri sungai, melihat mencari lokasi curug lainnya. Bebatuan sepanjang sungai ini sangat licin, karena jarang sekali di lewati. Bebatuannya sangat unik, seperti tersusun, dan banyak terdapat lobang-lobang. Perjalanan  berhenti di sebuah leuwi cantik dengan beberapa curugnya. Airnya tidak terlalu dalam.
Curug Batu Susun (atas)
Curug Batu Susun (atas)
Persis di bawah curug kecil ini terdapat curug yang agak tinggi. Karena berupa tebing 90 derajat jadi kami hanya bisa menikmati dari atas, nah area inilah yang disebut Curug Batu Susun.
Curug Batu Susun
Curug Batu Susun
Curug Batu Susun
Selanjutnya kami menuju curug terakhir, Curug Bidadari. Rute curug ini, kami harus kembali ke pertigaan sebelum turun menuju Curug Batu Ampar. Kami mengambil jalur ke kiri, ke jalan yang menanjak. Jalannya masih alami, belum dipersihkan, tapi bisa terlihat jalur setapak. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan Abay dan Putri, yang ternyata baru kembali. Menuruni bukit untuk ke sungai, kami sudah melihat Curug Bidadari.
Debit air di Curug Bidadari ini lumayan besar tapi leuwinya tidak terlalu dalam. Di bawah terdapat bebatuan yang membentuk curug-curug kecil. Hanya beberapa meter kemudian langsung jurang menganga, nah jatuhan air di tebing inilah yang disebut Curug Ciparay. Jadi sangat riskan dan berbahaya sekali bermain di area bawah curug ini.
Curug Bidadari
Curug Bidadari
Curug Bidadari
Di sini, hujan mulai lebat. Kami pun menuju atas, ke area curug. Masih ada beberapa foto session buat Revan dan Kang Dani hahahhaha.
Curug Bidadari
Curug Bidadari
Setelah puas di area curug ini, dalam suasana hujan kamipun kembali ke titik berkumpul, yaitu parkiran dekat masjid. Setelah pada ganti pakaian dan sholat kamipun konvoi kembali pulang.
============
Catatan:
Setelah 3 kali kunjungan ke Desa Ciasihan, jadi saya mendapatkan kesimpulan mengenai curug-curug di sini. Aliran Curug Cikuluwung Herang/Bendungan selanjutnya ke Cirug Kiara, selanjutnya mengalir ke sungai yang ada di samping Curug Ciparay. Sementara itu di aliran lain, Curug Ciparay sendiri adalah aliran dari Curug Batu Ampar, Curug Batu Susun hingga Curug Bidadari. Aliran ke dua sungai ini masih bisa diminum airnya. Selanjutnya kedua aliran sungai ini bertemu di area Curug Ciparay, selanjutnya bercampur dengan aliran Curug Muara Herang yang sudah tercemar belerang. Selanjutnya sungai ini menuju Curug Seribu. Karena sungainya sudah tercemar belerang makanya bebatuannya berwarna kecoklatan, sementara hulu sungai Cikuluwung berwarna hitam dan berlumut.

Link terkait:
- Curug Kiara
- Curug Cikuluwung Herang dan Curug Emas
- Curug Saderi, Curug Batu Sirep/Curug Batu Alam, Curug Kembar/Curug Tebing dan Curug Hordeng 
- Curug Saderi dan Curug Cimanglid
- Curug Cikawah dan Curug Gleweran

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...