Skip to main content

Tolak Tambang, Aktivis Lingkungan Banyuwangi Daki Gunung Semeru

Tolak Tambang, Aktivis Lingkungan Banyuwangi Daki Gunung Semeru
Aktivis lingkungan Banyuwangi tolak tambang Gunung Tumpang pitu dengan membentangkan spanduk di Ranu Kumbolo. Foto: IRA RACHMAWATI / KOMPAS.COM
Beberapa aktivis lingkungan hidup di Banyuwangi kembali memilih mendaki gunung sebagai bentuk penyampaian aspirasi. Pada November 2013, Banyuwangi’s Forum for Invironmental Learning (BaFFEL), kelompok aktivis yang dimaksud, mendaki Gunung Agung di Bali, kali ini mereka memilih Semeru untuk menolak rencana eksplotasi tambang emas di Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi.

Spot yang dipilih adalah Ranu Kumbolo. Di tepi danau yang terletak di jalur pendakian Gunung Semeru itu terbentak spanduk besar bertuliskan “Manusia Bisa Hidup Tanpa Emas, Tapi Tidak Tanpa Air”.

"Ranu Kumbolo yang berada di Kecamatan Senduro Lumajang sengaja kami pilih bukan hanya kaena popularitasnya di kalangan pendaki gunung dan pecinta alam, namun karena danau eksotis yang berada di ketinggian 2.400 m dpl membangkitkan kesadaran tentang pentingnya air," ujar Deni Alamsyah, salah satu anggota BaFFEL pada Rabu (28/5), seperti dilansir Kompas.com.

Deni juga mengatakan, siapapun yang pernah mendaki gunung, terutama Gunung Semeru, akan merasakan betapa berharganya air, sehingga air harus diperlakukan secara respek. Di sisi lain, rencana tambang emas akan merusak hutan Tumpang Pitu sebagai kawasan air. BaFFEL dengan tegas menolak upaya eksploitasi tersebut.

Ada beberapa catatan menarik, menurut pemaparan pria yang mengaku sudah tiga kali menaklukkan Semeru itu, pembentangan spanduk yang ia lakukan disambut hangat oleh kalangan pecinta alam yang saat itu berkemah di Ranu Kumbolo. "Ada komunitas Biker dari Puwokerto dan sekelompok penggemar bola dari Jember ikut membantu aksi yang kami lakukan termasuk juga melakukan diskusi tentang lingkungan di area Ranu Kumbolo," tutur Deni.

Aksi ini memang terbilang sederhana. Meski demikian, Deni yakin, aksi yang ia dan kawan-kawannya lakukan, mampu memberi pesan kepada khalayak terkait pentingnya air.

“Air itu universal. Karena itu siapa pun manusia jika diingatkaan pentingnya air, tentu hatinya akan tersentuh. Apa pun agamamu, apa pun kebangsaanmu, apa pun pandangan politikmu, apa pun taraf pendidikanmu, semuanya pasti butuh air untuk melanjutkan hidup. Bukan emas," kata Deni. Sementara tambang emas, tidak semuanya.


Sumber: Intisari | Kompas

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...