Skip to main content

Etika Penelusuran Alam Tanpa Jejak (Leave No Trace)

Etika Penelusuran Alam Tanpa Jejak (Leave No Trace)

Etika Penelusuran Alam Tanpa Jejak (Leave No Trace)
Awal lahirnya program ini muncul dari ide para pengelola taman nasional di Montana, Wyoming dan Utah, Amerika serikat, diakibatkan pengrusakan alam oleh orang-orang yang "mencintai" alam. 

Melihat keadaan lingkungan yang kritis di taman nasional tersebut, mereka menawarkan dua alternatif yaitu; pertama, menutup taman nasional dari para pengunjungnya dan atau kedua, mengajarkan para pecinta kegiatan alam terbuka satu etika dan tehnik-tehnik yang bertanggung jawab untuk memelihara kelestarian dan keindahan alam yang mereka kunjungi dan nikmati.

Sekolah Pendidikan Kepemimpinan Alam Terbuka (National Outdoors Leadership School disingkat NOLS) secara resmi menjadikan Leave No Trace sebagai program etika para petualang alam tingkat nasional. Dan pada tahun 1994 Leave No Trace Incorporation terlahir dengan tujuan memperluas ruang lingkup dan jangkauan program yang mereka kembangkan.

Satu prinsip paling utama dalam aplikasi sederhana petualangan di alam terbuka yang harus sering dipraktekkan yaitu "Tidak membuang sampah sembarangan".
7 Prinsip Dasar Leave No Trace:
  • Persiapan dan Perencanaan
  • Berkemah dan berjalan di tempat dan alur yang sudah umum digunakan
  • Buang air pada tempat dan kondisi yang terbaik
  • Jangan merusak bagian alam dan lingkungan yang kamu temui
  • Minimumkan impak dari api unggun
  • Jaga kelestarian dan jangan mengganggu tanaman dan binatang liar
  • Saling menghargai sesama petualang alam bebas

Informasi lebih lanjut dan detail mengenai "tata tertib"penelusuran alam tanpa jejak dapat dilihat di website lnt.org, sedangkan aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh para pemanjat tebing dari segi pengaruh terhadap lingkungan dapat dibaca dihalaman Etika Tebingcadas.com.

Yang harus diperhatikan oleh para Pemanjat Tebing  

Leave No Trace
Pembuatan Rute/ Problem Baru
Jangan merubah permukaan tebing:
- memahat (chip) bebatuan untuk alasan apapun
- mengelem batu di di muka tebing
- menggosok permukaan tebing secara agresif dan berlebihan

Pemasangan proteksi permanen (bolts hanger) dilakukan apabila rute tsb tidak bisa dipanjat secara tradisional dengan menggunakan alat pengaman yang bisa dipasang-lepas. Penggunaan hanger yang warnanya sesuai dengan warna jenis batuan tebing akan lebih baik.

Penggunaan bor manual (menggunakan tangan) dibeberapa tempat lebih disukai ketimbang penggunaan bor mesin (menggunakan baterei) yang sangat bising.

Ketika kamu bersiap dan sedang manjat
Dapatkan informasi yang up-to-date sebanyak mungkin mengenai tebing dan lokasi pemanjatan jauh-jauh hari sebelum perjalanan dimulai.

Jika ada penutupan akses ke tebing panjat, jangan dilanggar dan cari tempat lain untuk dipanjat..

Gunakan jalan setapak yang sudah ada meskipun lebih jauh dan lebih lama untuk dicapai. Jangan membuat jalan pintas baru yang hanya akan mengakibatkan timbulnya erosi tanah.

Berkemahlah ditempat yang telah disediakan atau yang biasa digunakan.

Buang air di WC, minimal harus 10 meter dari sumber air/ sungai. Kalo enggak ada WC, gali lubang 30cm untuk buang air besar.

Jangan bikin berising lingkungan sekitar, tinggalkan bombox/ cd player dan radio dirumah.

Gunakan kapur magnesium seperlunya.

Jangan rapel langsung melingkarkan tali kernmantel ke pohon melainkan gunakan sling yang didikatkan ke pohon.

Turuti aturan, tradisi, etika kampung sekitar dimana kamu memanjat. Hormati kuncen/ kepala desa, dan ramah tamahlah dengan penduduk sekitar.

Tetaplah berpenampilan low profile.

Hormati dan hargailah sesama pemanjat:
  • Jangan memonopoli rute. Kalo udah selesai manjat janganlah membiarkan tali tegantung dirute tsb melainkan persilahkan pemanjat lain untuk menggunakan rute tsb.
  • Pemanjat yang mau leading harus didahulukan dari pemanjat yang mau toproping
  • Jangan bilang ke pemanjat lain bahwa tingkat kesulitan rute tertentu lebih mudah dari yang sebenarnya (dikenal dengan istilah "SANDBAG" atau "SANDBAGGING"). Misalnya rute bernama LABA-LABA berkesulitan 5.11b tapi kamu bilang ke pemanjat lain rute tsb berkesulitan 5.10. Pemberian informasi yang salah ini, baik disengaja ataupun tidak, dapat mengakibatkan kecelakaan terhadap pemanjat lain karena keterbatasan kemampuan memanjat mereka.
  • Jika kamu melihat pemanjat lain dalam keadaan berbahaya baik itu disadari atau tidak, segera bertindak dengan sopan dan berikan peringatan
  • Jika terjadi kecelakaan berikanlah pertolongan sebisanya
  • Hati-hati dengan tawaran belay atau peminjaman alat dari pemanjat yang baru sekali kamu kenal. Bisa terjadi tambang yang mereka pakai sudah sangat tua, atau pemasangan jangkar top-rope mereka yang salah dan berbahaya.
  • Bergabunglah dengan organisasi Pemanjat Tebing dan aktif mengikuti kegiatan mereka terutama yang berhubungan dengan event bersih-bersih dan pelestarian lingkungan di area tebing panjat.



Sumber: Tebingcadas[.]com

Comments

Popular posts from this blog

7 Gunung Berapi Tertinggi di Indonesia

Ada begitu banyak gunung berapi yang bisa kita jumpai di Indonesia. Gunung berapi yang jumlahnya berlimpah itu terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Nah, berikut adalah tujuh gunung berapi tertinggi di Indonesia, menurut data yang dilansir Wikipedia. Mari kita simak bersama! 1. Gunung Kerinci Gunung Kerinci,  3.805 meter. Gunung berapi tertinggi di Indonesia ini juga dikenal sebagai Gunung Gadang dan Puncak Indrapura. Gunung Kerinci memiliki ketinggian mencapai 3.805 meter dan terletak di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, sekitar 130 km sebelah selatan Padang. Uniknya lagi, gunung berbentuk stratovulkan ini mempunyai kawah seluas 400x120 meter yang berisi air berwarna hijau. 2. Gunung Rinjani Gunung Rinjani,  3.726 mdpl. Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS da...

Eksplor Solok Selatan Bagian 4: Kebun Teh Alahan Panjang, Mesjid Tuo Kayu Jao dan Danau Di Ateh (Danau Kembar)

Melanjutkan perjalanan dari Sangir dimana kami menghabiskan waktu berenang di Air Pauh Duo dan mengunjungi Nagari Saribu RumahGadang selanjutnya kami menuju Alahan Panjang untuk menginap di Danau Di Ateh (Danau Di Atas). Karena tergoda dengan promosi wisata di sini yang memperlihatkan penginapan di pinggir danau yang bergaya ala-ala Eropa. Sampai di Danau Di Ateh sudah sore. Memasuki Kawasan wisata kami harus membayar sekitar Rp. 25.000 per orang (dewasa). Dan sepertinya di dalam Kawasan wisata sedang ada bazaar sehingga terlihat sangat berantakan dan sampah berserakan di mana-mana. Singkat cerita kami menyewa 2 villa dengan harga Rp. 500.000 dan Rp. 300.000 yang dibayar via petugas yang   bersih-bersih villa (karena menurut beliau pembayarannya lewat mereka, dan saya juga bingung karena memang tidak tahu harus bayar dimanan, LOL). Dan sumpah, inilah penginapan yang tidak terurus, mesti terlihat bagus tapi didalamnya sangat kotor mulai dari karpet, korden, dinding etc. Tidak ada ...

Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia)

Peta Kawasan Konservasi Indonesia Cagar Biosfer Indonesia (Biosphere Reserves of Indonesia) adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama program MAB-UNESCO (Man and The Biosphere Programme - United Nations Education Social and Cultural Organization) untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Sebagai kawasan yang menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam. Biosphere reserves are sites recognized under UNESCO's Man and the Biosphere Programme, which innovate and demonstrate approaches to conservation and sustainable development. They are of course under national sovereign jurisdiction, yet share their experience and ideas nationally, regionally and internationally within the World Network of Biosphere Reserves. There are 551 sites world...